Sabtu, 14 Oktober 2017

Langit Jingga - Sebuah Pembuka


Kau tahu, Nak?
Adalah saat-saat terbaik dari perputaran waktu bagiku tak kan pernah jauh dari terik mentari di penghujung suatu sore selepas hujan sebentar
Kusebutkan itu di antara kesendirian berteman angin-angin yang lewat di tanah basah, atau di antara riuh gelak kawan-kawanku yang entah tengah tawakan apa
Juga untuk cerita sore bersama ayahku dulu saat berdua menghadap bukit di belakang rumah kami yang teduh, untuk lambai barisan pinus di Bandung Utara yang selalu saja menenangkan, atau untuk jutaan lamunan yang tak pernah tuntas di sebuah persimpangan besar depan tempatku bekerja di timur sana
Aku menyukainya, entah kamu

Dan di antara lengking suaramu menghujam langit sore dan tatapan yang dalam-dalam, aku mencoba bertafakur
Tentang apakah nantinya aku akan menjadi ayah yang baik bagimu, semoga saja iya
Yang kurasa, bila nanti waktunya tiba, segenap pertanyaan tentang itu akan menderamu segarang amukan badai
Dan aku akan mencoba menjawabnya dengan perlahan, jujur dan sederhana, yang terkadang, mungkin akan dengan susah-payah, sangat susah-payah
Tapi kurasa aku bisa melakukannya, semoga saja

Nah kini, kau akan tumbuh sehat dan tenang-tenang, Nak
Kudoakan itu tak berkesudahan diiring gema puja-puji bagi Tuhan dalam salatku yang belum sempurna
Agar nanti kau tumbuh menjadi laki-laki yang baik seiring waktu
Agar nanti kau menyayangi ibumu lebih besar dari milikku
Agar nanti kau rayakan hidupmu dengan rasa bangga
Agar nanti melenggang jalan hidupmu penuh warna dan bahagia
Kurasa itu saja, sudah semua

Dan sekarang, mintalah ibumu berdandan yang cantik, juga dandanimu kenakan baju dan sepatu yang terbaik
Ke sana kita duduk bersama, menikmati sore hingga nanti dia tiba di penghujungan
Hingga nanti, tepat di saat-saat seperti ini, akhirnya kaupun mengerti alasan-alasan mengapa kau kuberi nama Langit Jingga, berikut baris harap dan doa-doaku yang ikut terbawa di dalamnya
Dan semoga kau senantiasa bergembira di atasnya
Untuk kemudian kau kembali padaku dan ibumu dalam semangat, ajak ulangi lagi hari yang ini dalam gelak tawa dan nyanyian bersama di antara aroma tanah dan tiup malam yang perlahan datang. 

Jakarta, Oktober 2017