Selasa, 11 Mei 2021

Langit Jingga - Lebaran Sebentar Lagi

 

Ayah ingat, sedari dulu ayah suka sekali lagu ini, Bang. Liriknya sederhana, empuk, ramah. Tembang pujian milik Bimbo yang diaransemen dengan kuat dan hikmat oleh grup band GIGI di 2006. Bagus sekali. Ngomong-ngomong, dulu di kampung, ayah pernah ikut tampil memeriahkan Ramadhan memukul-mukul rebana menyanyikan lagunya bersama kawan-kawan sekelas di Sekolah Dasar. Rasanya Ayah masih punya fotonya di album lama di rumah merah jambu itu. Ah, menyenangkan sekali untuk mengingatnya kembali. Kuharap kaupun akan memiliki memori tentang nikmatnya menjalani bulan penuh rahmat ini, tentunya dengan kawan-kawanmu sendiri nanti.

***

Ya, rasanya dulu Ramadhan terasa begitu sakral bagi kami warga kampung di lembah Kaba-Basah itu. Meski itu berarti kami tak akan mandi mentari sebebas hari-hari biasa di sepanjang pematang sawah yang berbaris hingga kaki bukit Basa. Kami semua berpuasa, dan sinar mentari itu berarti haus yang akan menyerang. Dan di lingkungan kami saat itu, tidak berpuasa berarti harus siap menerima ejekan kawan sepermainan. Atau sorenya yang kuhabiskan dengan mendatangi rumah guru mengaji untuk belajar membaca kitab suci dan mendengar kisah Lailatul Qadar yang sudah disampaikan lagi dan lagi, tapi tak pernah membosankan. Dan selepasnya, aku akan bermain sepuasnya menunggu bedug magrib itu akhirnya datang, lalu berbuka di bawah terang lampu bersama ayah, ibu dan kakakku di rumah kami yang menenangkan.

Untuk tarawih, harus kutulis dalam paragraf sendiri. Karena bagiku, Ramadhan adalah tentang tarawih. Saat pengeras suara dari masjid di pinggir saluran irigasi besar itu sudah memperdengarkan lantunan ayat suci menjelang waktu isya, itu artinya aku akan keluar rumah mencari kawan-kawanku di sepanjang jalan raya. Dengan kain sarung dan peci hitam di atas kepala, berlari-larian menuju masjid sambil tertawa-tawa. Dan tarawih kami adalah 23 rakaat, kira-kira menghabiskan waktu 1.5 jam, tanpa ceramah. Ya, di masjid kami jarang sekali ada ceramah Ramadhan. Kami habiskan semua waktunya tunaikan 23 rakaat itu saja. Dan saat waktu mendekati jam 9 malam, maka itu berarti tarawih kami akan segera selesai, dan kami akan segera pulang, sambil membuat janji dengan kawan-kawan tadi untuk berkumpul di sepanjang jalan menjelang sahur. Dan hari itu habislah seperti itu. Hingga akhirnya Ramadhan akan segera usai, dan bahasan kami akan berubah berkisar tentang: lebaran yang sebentar lagi datang. Ya, lebaran sebentar lagi. Lebaran sebentar lagi.

***

Seperti halnya kita di hari ini, Bang, tentang lebaran yang sebentar lagi. Waktunya kabarkan saat meraih kemenangan itu sekarang segera datang.

Jakarta, penghujung Ramadhan 1442 H