Selasa, 03 Februari 2015

Orang-orang Yang Memperhatikan

Tak ada angin, tak ada hujan. Sambil duduk beristirahat dari berolahraga ringan di kos-kosan yang benderang, di antara obrolan seorang kawan yang sedang menelpon saudaranya, tiba-tiba saya teringat tentang sebuah kejadian yang pernah membuat saya merasa bahagia sekali. Dan sekarang, mari kembali ke 11-12 tahun yang lewat. Menuju saat pagi di Bandung tengah cerah-cerahnya.

***
Minggu pagi itu saya terbangun di sebuah kos-kosan milik seorang kawan baik di daerah belakang pasar Simpang Dago. Entah bagaimana, saat itu saya mendapat ilham untuk pergi ke Lapangan Gasibu melihat ribuan orang tumpah ruah di pasar dadakannya yang selalu penuh. Rasanya semua orang juga tahu, bahwa setiap hari minggu pagi, lapangan Gasibu Bandung akan selalu dipenuhi oleh para pedagang dan pengunjungnya yang entah datang dari mana saja. Mereka memenuhi lapangan, luber hingga ke badan jalan. Jalanan macet, arus kendaran macet, bahkan pejalan kakipun terkadang sama saja. Selalu penuh.

Berjalan kaki dari Simpang Dago menuju Lapangan Gasibu, saya melihat pelan-pelan. Dan tak terasa, selang beberapa belas menit, saya pun tiba. Disambut riuh rendah para pengunjung yang ramai, pedagang peralatan rumah tangga, aneka makanan, baju, pernak-pernik, sepatu, motor, apapun. Kamu bisa temukan apapun yang kamu inginkan di pasar ini. Sedang saya? Tidak, saya tak sedang mencari apa-apa. Saya hanya sedang ingin melihat-lihat saja. Untuk sekedar melebur dengan ribuan pengunjung yang lain, dan hanya itu saja.

Berjalan di satu sisi jalanannya yang sama ramai, saya berhenti di sebuah lapak pakaian bekas. Melihat-lihat, dan saya menemukan sebuah sweater yang bagus sekali. Lama saya pandangi, bolak-balikkan untuk mencari cacat apa saja yang ada di baju itu. Saya temukan sebuah noda kecil di bagian dadanya, saya berpikir: “ah namanya juga baju bekas, cacat sedikit tentu tak masalah”. Memberanikan diri, saya bertanya pada penjualnya kiranya berapa harga sweater itu. Dengan beberapa kali bertanya balik, akhirnya penjualnya memutuskan harga final untuk sweater tersebut: “Rp 35.000, ga kurang lagi”. Tentu saja saya anggap itu mahal, karena setahu saya baju bekas seperti itu tak akan jauh dari harga Rp 15.000 sampai Rp 25.000 saja. Dan sebenarnya saya hanya sedang bertanya-tanya saja. Saat itu, saya hanya memegang uang untuk ongkos angkot ke kosan di barat laut sana, hahaa. Akhirnya saya pergi meninggalkan lapak itu, sambil terus berpikir bahwa sweater itu bagus sekali. :)

Saya tak pergi jauh. Saya duduk bebas saja di atas trotoar seberang lapaknya. Sambil memandangi orang-orang yang lewat, juga sesekali melirik lagi sweater putih yang tergantung paling depan itu. Berulang kali saya katakan di dalam hati, bahwa akan bagus sekali bila saya memakainya.

Selang beberapa lama, tiba-tiba saya dipanggil oleh sepasang pengunjung paruh baya yang tengah memilah-milih lembaran sweater di lapak yang tadi. Ragu, saya mendekat. Tiba-tiba bapak tersebut menyerahkan sweater putih itu ke arah saya. Dia katakan sambil tersenyum: “kamu mau sweater ini? Sekarang ambillah”. Terkaget campur bahagia, saya anggukkan kepala, sambil ucapkan terima kasih yang banyak. Suami-istri itu tertawa, sambil berucap singkat tentang mereka yang juga memiliki anak laki-laki seumuran saya. Ah, saya senang sekali waktu itu.

Di perjalanan pulang, saya berpikir ringan. Pasti pasangan suami-istri itu sudah lama memperhatikan saya. Mungkin setidaknya dia sudah memperhatikan apa yang saya lakukan selama setengah jam. Tapi hanya sebatas itu, karena detik berikutnya saya bahkan sudah tak memikirkan mereka lagi. Saya sudah kadung tenggelam dalam euphoria-nya di sepanjang perjalanan angkot Cicaheum-Ledeng menuju barat laut.

***
Malam ini saya mengingat cerita ini lagi. Saya semakin menyadari bahwa saya bukanlah satu-satunya orang yang suka memperhatikan. Saya tak perlu merasa seperti alien seorang diri. Mungkin banyak sekali orang dengan tipe serupa di luar sana: orang-orang yang memperhatikan sekeliling dengan pola yang tak biasa, hanya ketertarikan yang timbul dalam hitungan sepersekian detik!

Sayang saya tak terlalu ingat saat ini sweater putih itu ada dimana. :p
Cikarang, 3 Februari 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar