![]() |
Beberapa bulan terakhir saya lagi suka belajar ini: Social Psychology. Kadang-kadang saya catatkan di buku, cuma biar ga lupa. :D |
Malam di timur Bandung sudah jauh. Bersama dua orang kawan
yang baik sekali, mengobrol di bawah lindungan sebuah apartemen yang menurut
saya bagus sekali. Kombinasi warna putih dan coklat muda dipadu kaca-kaca besar
dan sebuah meja tinggi di tengah ruangan, juga deru angin bertiup pelan-pelan
di antara jendela yang terbuka. Ah, saya sangat menyukai moment ini. Berbicara di sebuah tempat terbaik, bersama dua kawan
terbaik. Dan sebenarnya saya tak pernah terlalu memusingkan saat ini kami berbicara
tentang apa, bagi saya sama saja. Malam
ini juga sama. Saya hanya menikmati mendengar apapun yang mereka bicarakan,
saya menikmati melihat mereka mendengarkan, saya menikmati merasakan apa yang
mereka rasakan.
Malam ini saya temukan bahwa kami tengah bicara panjang
lebar tentang tema Psikologi. Sebuah tema yang sama-sama kami sukai dengan cara
kami yang masing-masing. Entah bagaimana obrolan kami akhirnya sampai di tema
ini. Ah, tapi sepertinya tak ada satupun dari kami yang peduli tentang alasan
itu. Hingga akhirnya kami terhanyutlah lebih jauh, kami tertawa lebih
sederhana, kami saling berkomentar satu yang lain, kami mendengarkan bila
waktunya belum tiba. Dan tak ada satu hal pun yang memburu kami untuk
menuntaskan pembicaraan ini sampai selesai. Begitu.
***
Saya memperhatikan. Bahwa kami bertiga memiliki scope pengamatan yang berbeda tapi sama
spesial dari tema ini. Debi Krisna, pendidikan dan ketertarikannya mengarah jelas pada
psikologi olahraga. Dia banyak menghubungkan semua kasus yang kami bicarakan
dengan aplikasi di lapangan olahraga. Psikologi atlit, suasana lapangan
pertandingan, hingga angka-angka statistik psikologi olahraga yang dia temui di skripsi sarjana
miliknya, juga hal-hal lain seputar itu. Menarik sekali, saat dia bercerita
tentang beberapa interaksinya dengan dosen pembimbingnya itu dulu saat skripsinya
sedang dikerjakan. Di luar itu, sebenarnya saya sudah sedikit-banyak tahu
tentang pembimbingnya itu. Dia adalah salah satu akademis senior ternama di
bidang psikologi olahraga nasional.
Haikal, saya pikir dia adalah orang yang melihat tema ini
dengan scope paling luas di antara
kami bertiga. Dia banyak bercerita tentang teori-teori yang dibacanya dari
paper-paper psikologi. Kemudian mencoba menjelaskan pendapatnya mengenai
hubungan teori-teori itu dengan berbagai fenomena lain. Sebut saja tentang belajar
berenang, ilmu kebal, hipnotis, shalat
istikharah, hingga para petapa dan Budha. Saya pikir Haikal memiliki
ketertarikan lebih pada hal-hal praktis di lingkup ini. Bagus sekali.
Sedang saya, sepertinya saya lebih tertarik melihat
psikologi dalam scope yang tak menentu,
tak jelas arahnya. Terkadang saya senang untuk melihat psikologi dalam scope yang luas, kadang juga tidak. Mungkin
saya menyukai semuanya, dan hal itu membuat buah pemikiran saya berserakan saja
di lantai. Tapi saya tak masalah dengan itu, karena melihat sesuatu yang
seperti tak berpola malah mempermudah saya dalam menemukan polanya. Sepertinya begitu. :D
***
Tak terasa, hari sudah menjelang pagi. Berbungkus-bungkus
tembakau itu sudah kami tamatkan. Sekarang,
energi dari segelas kuku bima dingin dan seporsi besar nasi kanton hangat beserta
martabak mie di awal malam yang tadi mulai memberikan efeknya: kami mengantuk. Selamat
malam, Bandung. Sudah dulu buat hari ini. Nanti-nanti, lagi. :)
Bandung, 7 Maret 2015; Cikarang 26 Maret 2015