Selasa, 09 Februari 2016

Asep Aripin (1)

Kami berdua, bersama puluhan kawan-kawan yang lain di sebuah villa di kawasan Puncak, Bogor*

Saya yakin kamu akan percaya jika saya katakan begini: 

Perjalanan hidup saya sungguh menarik. Untuk mengenal ratusan kawan terbaik di 1.001 peristiwa dalam dimensi ruang, waktu dan kejadian. Entah bagaimana, dimanapun saya melangkah, maka saya akan menemukan mereka tepat di tempat mereka berdiam saat itu. Lalu menerjemahkan keanehan yang mereka miliki dalam gema senda gurau di penghujung sebuah sore, dan dehem yang satu-satu. Ya, (lagi) entah bagaimana, saya selalu mudah menemukan orang-orang yang tak biasa.

Dan bila saat ini harus mengambil salah satu, maka tentu, saya akan mengangkat cerita dari satu sosok kawan yang ini. Benar-benar salah satu kepribadian yang paling menarik yang pernah saya temui. Namanya Asep Aripin, dan saya biasa memanggilnya dengan sebutan Kang Asep. Dan ah, sepertinya kami memang digariskan untuk bertemu oleh waktu. Saya mengetahui itu, bahkan jauh sebelum kami akhirnya bisa bertemu muka di sebuah mushola berkaca besar dan tirai biru.

Awalnya mungkin begini. Saat di siang menjelang suatu sore, di Labtek Biru kampus Ganesha, saya membaca sebuah lowongan kerja di situs forum alumni ITB. Tertulis di dalamnya: dibutuhkan scientist Bioteknologi di Divisi Molecular Pharmacology, DLBS, Dexa Medica. Di tengah kondisi keuangan yang morat-marit, tentu saja saya sangat mempertimbangkan isi email tersebut dengan serius. Saya baca lagi emailnya berulang-ulang. Informasi di email itu, saya temukan nama Asep Aripin sebagai pengirimnya. Hmmm, saya tahu, saya akan diterima bila mengajukan lamaran di lowongan itu, hahaa. Tapi satu yang mungkin tak kalah menarik adalah tentang nama si pengirim email. Setelah mengirim berkas lamarannya ke satu alamat email yang lain, saya catatkan nama itu di selembar kertas bekas. Saya tuliskan di atasnya: Asep Aripin!

Dan akhirnya hari itu tiba, hari pertama saya kerja di tempat itu (cerita serupa pernah saya tuliskan di tulisan yang lain berjudul: Rabu Pertama). Ah, saya sedang banyak urusan di hari-hari pertama masuk kerja, saya tak sempat mencari orang yang namanya pernah saya tuliskan di kertas bekas itu dulu. Hingga kisaran seminggu kemudian, di sebuah permulaan waktu ashar, saya melihat beberapa orang berkumpul sambil menunggu giliran wudhu. Saya coba dengarkan, ternyata mereka sedang membicarakan rencana acara touring. Mereka semua terdengar santai tapi sopan saat berbicara ke orang itu. Dan kamu tahu? Ternyata sosok itu memiliki nama yang persis sama dengan yang pernah saya tuliskan dulu. Antusias saya dekati, sambil berucap dengan senyuman dan jabat tangan: “nama saya Guntur Berlian.” :)

***
Hari ini, sudah lebih satu minggu Kang Asep tak lagi bekerja di kantor kami. Dan malam ini, saya mengingat lagi bagaimana dulu kami pertama bertemu. Saya kirimkan pesan singkat padanya, bahwa saat ini saya sedang mengingatnya, dan menyampaikan agar dia senantiasa sehat dimanapun dia berada. Atau tak sengaja mengingat lagi sebuah kejadian dimana dia berusaha menjodohkan saya dengan seorang dokter cantik asal Kota Kembang di barat sana, dan berkomentar mesem-mesem: “seandainya nanti lu beneran nikah sama si bu dokter, kita bakal beneran jadi saudara, Bro!” Saya hanya tertawa mendengarnya, meski dalam hati saya menjawab: “semenjak detik di mushola itu, saya pikir kita berdua sudah beneran jadi saudara, heheu”, sebuah kalimat yang belum pernah saya sampaikan langsung kepadanya sebelumnya, hingga akhirnya saya berpikir mungkin detik ini adalah waktu yang tepat.

Stay healthy, Kang. Sampai ketemu lagi.
Cikarang, 9 Februari 2016.
*Foto oleh Andriana Saptakowati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar