Minggu, 26 Juli 2020

Malam di Jababeka - Hitungan Tahun

DLBS, Dexa Medica, setahun yang lalu

Tak terasa ternyata sudah satu tahun. Dan saya masih terus berdoa agar kapal biru putih itu tetap gagah berdiri dan berlayar jauh menuju semua mimpi-mimpi yang dulu pernah menjadi mimpi saya juga itu. Terlalu banyak cerita yang saya ingat, baik yang menyenangkan maupun yang tidak terlalu, tapi diiring lambaian dedaunan alpukat di depan rumah kontrakan ini, semua ingatan itu selalu saja menyenangkan. Untuk semua kawan-kawan baik yang saya temui di selang waktunya, dan mimpi-mimpi pribadi yang terlahir di dalamnya. Teringat tentang beberapa hari terakhir di tempat itu dulu, tentang kegelisahan yang khas saat akan meninggalkan rumah.

Saya pikir, saat ini, sedikit banyak, saya sudah berubah dari hari-hari itu. Dari cara memandang sesuatu, pendekatan-pendekatan, hingga mengekspresikan diri. Sedang belajarnya, saya pikir sama saja, sama bagusnya. Di tempat itu saya belajar banyak, selepasnya juga sama. Sedikit perbedaannya, mungkin saat ini saya merasa lebih menyeluruh. Meyeluruh yang bagaimana? Sayangnya saya sendiri tidak terlalu tahu persis, tapi saya bisa merasakannya. Seperti saat saya pertama kali pergi merantau dulu, lantas di perantauan saya merasa saya lebih tepat ada di sini. Ya, mirip seperti itu.

Perjalanan seseorang tak pernah pasti. Saya tak pernah terpikir ternyata dunia yang saya masuki selepas hari-hari di tempat itu berbeda sekali. Di awal-awalnya saya bahkan melalui masa yang sangat sulit. Tapi sepertinya itu memang bagian dari perjalanannya. Dan sampai detik ini pun saya pikir saya masih terus mengalir dalam prosesnya. Tapi satu yang saya tahu pasti, saya menyukai dunia baru ini, bahkan lebih dari hari-hari terbaik yang saya jalani sebelumnya. Dan saya bersyukur untuk itu, untuk semua keputusan-keputusan yang sudah saya ambil sebelumnya. Terkadang memang butuh waktu, tapi nyatanya memang seperti itu.

Satu yang paling saya syukuri tentunya waktu yang lebih banyak untuk keluarga. Untuk melihat laki-laki yang suka sekali bermain di lapangan itu tumbuh di setiap menitnya. Untuk mengajarkannya membuat simpul pengikat layang-layang, untuk menunjukkan warna-warna bunga yang ada di sepanjang Teluk Sarera, atau sekedar menemaninya berlari-larian di sepanjang jalan di pagi-siang-sore waktunya, kapanpun yang dia inginkan. Saya temukan ini menyenangkan sekali. Dan saya berpikir mungkin sisi ini lah yang menjelaskan perasaan “menyeluruh” itu. Mungkin.

Rasanya itu saja, untuk sekedar menjadi pengingat bagi diri saya sendiri tentang titik-titik waktu yang saya jalani selama ini, untuk kemudian jadi bahan renungan dan kontemplasi pribadi. Dan anak itu sekarang sudah memanggil lagi, sepertinya mengajak berlarian lagi di lapangan. Yang sebenarnya bagian ini adalah bagian yang kurang saya sukai, main di lapangan saat matahari tengah terik-teriknya. Tapi kali ini tidak masalah, kemaren saya sudah menolak. Hari ini dia menagih janji, saya ikuti. Mungkin selang sehari sudah cukup adil bagi semua.

Jakarta, Juli 2020

2 komentar:

  1. Hallo Mas Guntur.. Kok sy jadi haru ya bacanya. Heheu. Anyway sy mau ucapin makasi ke Mas Guntur karna byk ngajarin sy selama hampir 8 th kerja bareng. Plus sy juga makasi bgt utk inspirasi cara Mas Guntur presentasi. Sy nyontek loh Mas caranya Mas Guntur present dan sy terapin itu pas sidang S1. Pas sy diminta pendapat ttg kekurangan produk yg sy buat, sy lgsg jawab dgn cara Mas Guntur. Gini jawabnya : " Memang hal tsb adalah kekurangan produk sy, namun itu sekaligus kelebihan produk sy".. Hahaha

    Maaf ya Mas Guntur ga bisa ucapin perpisahan lgsg karna pas hari itu, sy mesti urus keperluan sidang S1 ��. Sukses ya Mas Guntur dimana pun berada. Salam buat keluarga

    BalasHapus
  2. Btw, sy Tia MPC mas.. Maaf lupa nyantumin nama. Heheu

    BalasHapus