Perjalanan pulang di atas motor matic biru bersama seorang kawan
sepermainan ini adalah sebuah cerita yang lain. Sedari pagi, saya sudah berniat
untuk mencukur rambut sebelum nantinya pulang lagi menuju kos-kosan putih di dekat
sungai besar yang kini tak pernah lagi meluap ke jalan kampung di ujung situ.
Dan saya selalu menyukai kegiatan ini: mencukur rambut. Saya menyukai dialog
pendek-pendek yang selalu saja terjadi di antara kegiatannya itu. Sedangkan lokasi cukur
rambutnya bisa dimana saja, selama harganya murah. Sekedar informasi tak
penting, seumur hidup saya belum pernah mau membayar biaya lebih dari 20 ribu
untuk bercukur, hahaa. Dan bila memungkinkan, saya lebih memilih untuk mengunjungi
tempat bercukur yang belum pernah saya datangi sebelumnya. :p
Dan tibalah saya di tempat ini. Sebuah ruko kecil di depan komplek bangunan pasar tradisional yang tergusur. Di sana, satu orang pengantri lain
yang tersisa sudah cukup untuk saya agar rela menunggu. Di saat-saat seperti
ini, mungkin kebanyakan orang akan lebih banyak berpikir tentang bagaimana
model rambut yang ingin mereka sampaikan ke tukang cukurnya nanti. Sedang saya
sepertinya jarang seperti itu. Saya lebih suka duduk-duduk saja mengingat lagi
semua hal yang saya kerjakan hari itu. Entah bagaimana, saya pikir melepaskan lamunan di
tempat cukur rambut memiliki sensasi sendiri: mendengar desing gunting beradu
rambut yang gemerincing. Haa, saya suka suara itu. Menenangkan.
Kini si pencukur rambut sudah mempersilahkan saya naik ke
kursi yang menjadi lahannya mencari nafkah itu. Sigap, saya naik pelan-pelan. Dikalungkannya
selembar kain berwarna merah muda melingkari sekeliling bahu, tentunya agar
baju yang saya kenakan saat ini terlindung dari potongan-potongan rambut. Dan bagian
berikutnya adalah dimana dialog kami ini akan dimulai dengan pertanyaan yang
selalu saja sama: “mau digimanain
rambutnya?”. Saya akan selalu tersenyum mesem-mesem mendengar pertanyaan
itu, karena saya jarang sekali meminta model rambut tertentu. Saya lebih suka
agar si pencukur rambut berekspresi saja sesukanya. Karena saya tak pernah
terlalu ambil pusing tentang gaya rambut. Bagi saya sama saja, saya tak akan
berubah. :D Meski seringnya, pernyataan-pernyataan saya itu malah membuat si pencukur rambut menjadi bingung sendiri. Dan ini adalah bagian yang paling saya sukai.
Dia: “Mau dibuat model apa rambutnya mas?”
Saya: “Terserah Mas aja. Yang penting menurut si Mas nya bagus dan
cocok, cukup.”
Dia: “Loh, terus gimana?”
Saya: “Tinggal dipotong aja. Pokoknya saya bisa jadi lebih ganteng
dari sekarang.”
Dia: “Hmmm.." (sambil melihat-lihat ke arah rambut saya
dengan lebih teliti)
Saya: “Oke, tolong bikin rambut saya jadi lebih pendek, tapi
jangan terlalu pendek, dan bos saya di kantor ga akan berpikir model rambut
saya terlihat ga pantas banget untuk pekerja kantoran. Itu aja.”
Dia: “Siap!”
Bagian yang lebih asik adalah bila saya bertemu dengan
pencukur yang lebih serius. Yaitu saat dia mulai bertanya apakah atasan saya
laki-laki atau perempuan, apakah atasan saya seorang yang kaku atau tidak, dan
berbagai pertanyaan membayangkan yang lain. Saya senang mendengar seseorang menganalisa
sesuatu, dan saya akan mengenalnya lebih baik. Hmm, saya tidak memiliki tujuan
tertentu untuk mengenal orang-orang tertentu. Karena saat ini saya bertemu dengannya,
maka saya ingin mulai mengenalnya. Begitu saja.
Dan jadilah sekarang model rambut yang saya miliki seperti
ini: mohawk pendek dengan sedikit ekor kuda di belakangnya. Dan saat dia bertanya
apakah saya menyukai model rambutnya, tentu saja saya akan menjawab: saya suka.
Dan saat dia tersenyum girang mendengar jawaban tersebut, saya akan
tertawa.
***
Kadang saya berpikir bahwa sesekali menyerahkan beberapa penggal
cerita hidup yang saya jalani kepada orang lain atau sekedar mengalirkannya
begitu saja adalah selingan yang bermakna fundamental. Terkadang saya setuju
oleh alirannya, terkadang juga tidak. Tapi sepertinya itu bukanlah sebuah
masalah. Saya tak ingin mengatur semua hal untuk jadi sempurna. ;)
Cikarang, 4 Agustus 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar