Mataharinya mulai turun, dan saya sedang ingin sekali
menghisap beberapa batang tembakau sambil bersantai melihat-lihat pertigaan besar yang tak terlalu ramai itu. Berbekal segelas
kopi dan sebuah headset yang bagus
sekali, saya pergi menuju gerbang kantor di belakang sana. Rencananya ini sederhana
sekali: saya akan minum kopi menghadap terik mentari, mendengarkan lagu apapun
yang saya inginkan, dan sendiri saja. Begitu. Hingga akhirnya langkahnya
berhenti di sebuah beton bulat yang entah apa peruntukannya, saya duduk manis
menjalankan rencana. Dan begitu saja. Rencananya ternyata bisa berjalan
sempurna. Untuk bahagia.
Franky Sahilatua sekarang dapat giliran. Santai-santai dia
bernyanyi pelan lewat dengung headset
yang mengisolasi. Asik sekali dia ceritakan pengalamannya di sebuah telaga yang
antah berantah. Tentang dia yang tengah memikirkan kekasih hatinya yang entah. Saya
mulai berpikir, bahwa Franky ternyata memang dianugrahkan kemampuan yang luar
bisa dalam menggambarkan perasaannya terhadap perempuan. Dan yang selalu khas
darinya adalah: dia senang sekali melihat semuanya itu dari sudut pandang bagian
dirinya yang lain. Itu semacam sebuah monolog. Dan saya selalu menyukai dialog
pribadi semacam ini. Seperti juga lagunya yang ini: “Lelaki dan Telaga”. Apalagi
saat dia bercerita: “pada air ia berkaca,
membayangkan kekasih. Bersandar pundak di sisinya, ranting jatuh air memecah. Di
dalam lingkaran air, lelaki sendiri” :). Saya pikir Franky sukses besar dalam menransfer perasaannya pada saya tepat di tempat ini saat ini. Bagus sekali. :)
Dan ganti seorang kawan terdengar lewat sebuah dering sederhana di
telpon genggam ini. Bercerita dia tentang dia yang tengah berada di perjalanan
menuju kampusnya di ibukota. Berikut ceritanya seharian ini yang sibuk sekali
mengurusi ini-itu di kantornya yang tinggi entah di lantai berapa. Menyimaknya, seperti biasa,
saya akan lebih banyak mendengarkan sambil tertawa-tawa saja. Sesekali mengomentari
agar dia tak terlalu serius mengerjakan semua yang dia kerjakan, agar dia tetap
ingat untuk bersenang-senang di sela kesibukannya yang melelahkan. Atau menyarankannya
untuk mengerjakan sesuatu yang tak jelas apa manfaatnya, agar dia merasa hidup.
Agar dia merasa hidup. Saya berharap seperti itu. :)
Pengunjung yang lain mulai berdatangan. Kawan-kawan penjaja
makanan itu juga tengah bersiap menggelar jajanan jalanannya yang sedap-sedap. Tak terasa kopi
di gelas plastik berwarna putih bersih ini juga semakin sedikit. Sesekali mengusap-usapkan
wajah yang mulai terasa panas terpanggang mentari sore Cikarang, saya tahu
sebaiknya saya segera bersiap. Sorenya akan segera lebih ramai sekarang, dan obrolan
yang lain akan segera dimulai. Mengibaskan kabel headset yang membelit menjadi lebih kusut, saya coba tanyakan satu
hal ke kawan yang sedang asik melihat-lihat i-pad nya yang masih terlihat baru itu.
“Kamu terlihat letih sekali, Kawan.
Sudahlah, mari ke sini. Ceritakan apapun yang kamu inginkan, saya dengarkan”. Dia tertawa. :D
Sebenarnya saya penasaran sekali, kiranya telaga apa yang yang jadi latar di lagu ini. Saya ingin berkunjung. Yang sayangnya kini Franky sudah tak ada lagi. :)
Cikarang, 14 Agustus 2014
Cikarang, 14 Agustus 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar