Kamis, 14 Agustus 2014

Di Pojok Sore (15) : Untuk Bahagia

Mataharinya mulai turun, dan saya sedang ingin sekali menghisap beberapa batang tembakau sambil bersantai melihat-lihat pertigaan besar yang tak terlalu ramai itu. Berbekal segelas kopi dan sebuah headset yang bagus sekali, saya pergi menuju gerbang kantor di belakang sana. Rencananya ini sederhana sekali: saya akan minum kopi menghadap terik mentari, mendengarkan lagu apapun yang saya inginkan, dan sendiri saja. Begitu. Hingga akhirnya langkahnya berhenti di sebuah beton bulat yang entah apa peruntukannya, saya duduk manis menjalankan rencana. Dan begitu saja. Rencananya ternyata bisa berjalan sempurna. Untuk bahagia.

Franky Sahilatua sekarang dapat giliran. Santai-santai dia bernyanyi pelan lewat dengung headset yang mengisolasi. Asik sekali dia ceritakan pengalamannya di sebuah telaga yang antah berantah. Tentang dia yang tengah memikirkan kekasih hatinya yang entah. Saya mulai berpikir, bahwa Franky ternyata memang dianugrahkan kemampuan yang luar bisa dalam menggambarkan perasaannya terhadap perempuan. Dan yang selalu khas darinya adalah: dia senang sekali melihat semuanya itu dari sudut pandang bagian dirinya yang lain. Itu semacam sebuah monolog. Dan saya selalu menyukai dialog pribadi semacam ini. Seperti juga lagunya yang ini: “Lelaki dan Telaga”. Apalagi saat dia bercerita: “pada air ia berkaca, membayangkan kekasih. Bersandar pundak di sisinya, ranting jatuh air memecah. Di dalam lingkaran air, lelaki sendiri” :). Saya pikir Franky sukses besar dalam menransfer perasaannya pada saya tepat di tempat ini saat ini. Bagus sekali. :)

Dan ganti seorang kawan terdengar lewat sebuah dering sederhana di telpon genggam ini. Bercerita dia tentang dia yang tengah berada di perjalanan menuju kampusnya di ibukota. Berikut ceritanya seharian ini yang sibuk sekali mengurusi ini-itu di kantornya yang tinggi entah di lantai berapa. Menyimaknya, seperti biasa, saya akan lebih banyak mendengarkan sambil tertawa-tawa saja. Sesekali mengomentari agar dia tak terlalu serius mengerjakan semua yang dia kerjakan, agar dia tetap ingat untuk bersenang-senang di sela kesibukannya yang melelahkan. Atau menyarankannya untuk mengerjakan sesuatu yang tak jelas apa manfaatnya, agar dia merasa hidup. Agar dia merasa hidup. Saya berharap seperti itu. :)

Pengunjung yang lain mulai berdatangan. Kawan-kawan penjaja makanan itu juga tengah bersiap menggelar jajanan jalanannya yang sedap-sedap. Tak terasa kopi di gelas plastik berwarna putih bersih ini juga semakin sedikit. Sesekali mengusap-usapkan wajah yang mulai terasa panas terpanggang mentari sore Cikarang, saya tahu sebaiknya saya segera bersiap. Sorenya akan segera lebih ramai sekarang, dan obrolan yang lain akan segera dimulai. Mengibaskan kabel headset yang membelit menjadi lebih kusut, saya coba tanyakan satu hal ke kawan yang sedang asik melihat-lihat i-pad nya yang masih terlihat baru itu. “Kamu terlihat letih sekali, Kawan. Sudahlah, mari ke sini. Ceritakan apapun yang kamu inginkan, saya dengarkan”. Dia tertawa. :D

Sebenarnya saya penasaran sekali, kiranya telaga apa yang yang jadi latar di lagu ini. Saya ingin berkunjung. Yang sayangnya kini Franky sudah tak ada lagi. :) 
Cikarang, 14 Agustus 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar