![]() |
Maghrib. Artinya barat. :) |
Memutuskan untuk segera beranjak turun, dengan baris
rerumputan di belakang situ yang kini jadi tujuan, pikiran itu masih bercampur
aduk. Mungkin tak perlulah saya ceritakan detail. Serupa saat kamu melihat
sebuah kejadian seorang pedagang rokok dengan gerobak-berpayungnya yang
sederhana hampir saja diserempet oleh pengendara motor yang sedikit
ugal-ugalan. Dan bagaimana saat kamu bisa memasuki dunia pikiran dari si
pedagang itu dan degup jantungmu yang berpacu seolah melihat malaikat lewat. Dan di saat bersamaan pula kamu sepenuhnya sadar bahwa kamu
sebenarnya hanya melihat saja, tak pernah lebih dari itu. Ah, kawan. Tahukah kamu bahwa sebenarnya orang lain itu
adalah dirimu sendiri? :)
Ebiet masih terus saja bernyanyi, dan lagi, dan lagi. Dan angin-angin
yang datang dari utara, pelan-pelan mengajak berbaring lepaskan letih yang
keterlaluan di atas rerumputan yang mulai terkena pengaruh kemarau panjang. Saya
lepaskan mata memandang jauh menuju langit berawan yang mulai jadi lebih gelap
kini. Matahari sudah hampir hilang. Kawan-kawan mulai datang. Pedagang itu mulai tawarkan saya minuman apapun yang ingin dibuatnya. Pesankan segelas besar
nutrisari panas dengan sedotannya berwarna merah, saya kembali ke realita. Dan kamu tahu? Ternyata mataharinya juga sama, sudah hampir hilang. :)
Tahukah kamu? Bahwa semua dimensi ini selalu saling beririsan.
Sadar ataupun tidak, kamu tak pernah terlepas dari siapapun. Bahwa apa yang
bisa kamu indrai, adalah nyatanya dirimu sendiri!
Cikarang, 25 Agustus 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar