Malam itu saya memang sedang tak berniat tidur. Itu adalah
malam terakhir dari perjalanan pulang saya kali ini. Rasanya saya masih sangat
betah ada di sini. Tapi saya pikir sepertinya ini juga bisa jadi hal yang bagus, karena
meninggalkan suatu tempat saat kamu masih merasa betah akan membuat keinginanmu untuk
datang lagi menjadi lebih kuat dan menggairahkan. Walau, ah entahlah, apa saya
masih pantas menyebut perjalanan menuju tempat ini sebagai “pulang”, karena
seringnya saya malah merasa “pergi”, :). Tapi sepertinya ada satu hal yang saya
yakini, bahwa tempat ini selalu bisa saya sebut sebagai rumah. :)
Waktu sudah lewat tengah malam, dan tumpukan album foto itu
diam di sana. Mengambil sebuah albumnya, saya tersenyum sendiri. Melihat sebuah
foto berukuran 3R berwarna pudar, saya teringat ibu pernah bercerita sedikit
tentangnya. Bahwa foto ini diambil saat dulu dia belum menikah, entah tahun
berapa, mungkin itu di awal 1980an.
Kalau tak salah, ini di pelataran Bukit Kaba, entah tahun berapa. :p |
Siang itu sepulang bekerja –dulu ibu pernah bekerja sebagai
juru ketik di proyek pembangunan pemerintah, dan dia diajak oleh seorang kawannya
(yang paling kanan, saya lupa namanya) untuk berjalan-jalan melihat pemandangan ke Bukit Kaba (kalau tak salah ingat). Dan foto ini diambil di salah satu tempat persinggahan
dari perjalanannya itu. Saat itu, ibu juga bercerita bahwa dia sangat menyukai
kacamatanya ini -kacamata Rayban coklat bulat yang sangat hits di masa itu. Dan dia
sangat senang mengenakannya saat sedang berwisata, salah satunya seperti di
foto ini. Berikut juga ibu bercerita bahwa dia memiliki banyak
kawan: laki-laki dan perempuan, dan semua dari mereka selalu bersikap baik kepadanya.
Dan ini bukan yang pertama kali saya dengar. Rasanya saya sudah mendengar tentang
hal serupa ratusan kali dari semua kenalannya, bahwa dia dulu adalah tipikal
gadis muda cantik yang sangat ramah kepada siapapun. Dia dikenal oleh banyak
orang di kota ini.
Satu lagi bagian yang saya masih ingat dari cerita ibu
waktu itu adalah tentang seorang anak yang berdiri paling kiri di foto ini. Dia
adalah anak tetangga (atau saudara jauh) ibu di dekat rumah. Saat itu anak ini masih
remaja –umurnya saat itu jauh di bawah ibu, dan memang selalu ingin ikut
kemanapun ibu pergi. Anak itu selalu berkata bahwa dia akan menjaga ibu, :)))).
Dan ibu akan selalu tertawa saat mendengarnya sambil mengucek-ucekkan rambut di kepala anak
itu yang selalu malu karena terus-terusan dianggap sebagai anak kecil oleh ibu.
Dan bukan hal yang aneh lagi, bila ada pria yang ingin mengajak ibu pergi jalan
berduaan saja, maka dia harus men-take
care anak ini terlebih dahulu. Dan, kabarnya, itu bukanlah hal yang mudah.
:D
Cikarang, 2 Agustus 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar