Sabtu malam, bila sedang
ada waktu, silahkan berkunjung ke sini. Ke sebuah taman memanjang di Jalan Kasuari-Kedasih
Raya, Cikarang Baru. Tak ada nama pasti yang mendefinisikan tempat ini, karena memang
hanya taman pemisah jalan biasa dengan lebar hampir 5 meter, memanjang hingga hampir
setengah kilometer, dipenuhi puluhan jenis tanaman taman yang terawat baik dan teratur.
Gampangnya, orang-orang menyebut taman ini sebagai Taman Pecenongan, sebuah
nama yang diambil dari nama daerah ini saja. Di sepanjang kanan-kiri jalannya berjejer
ramai ratusan pedagang kecil dengan gerobak sederhana, warung kaget, asongan,
atau bangunan semi permanennya yang siap saling berlomba tawarkan jajanan sederhana, dengan
harga yang sangat terjangkau.
Sedari lepas magrib tadi,
taman ini mulai ramai. Jalanan pun mulai macet karena jumlah kendaraan yang parkir
di sisi-sisi jalan terus meningkat. Begitu seterusnya hingga mencapai puncaknya
saat sekitar pukul 8 malam. Ratusan atau mungkin mencapai ribuan pengunjung
tumpah di sini. Kebanyakan adalah pasangan muda-mudi tengah kasmaran, tak
sedikit juga mereka yang membawa keluarga rekreasi ke sini, atau kumpulan teman-teman
sebaya mengobrol habiskan malam, suka-suka. Sekedar duduk-duduk di atas rumput
hijau yang selalu segar atau beralas tikar sederhana yang disediakan pedagang, pesan
makanan dan minuman beraneka ragam,
tinggal pilih.
Sayangnya, dan entah apa
pastinya, malam minggu di taman cantik ini disebut punya stigma rendah. Disebutnya
bahwa malam minggu di taman ini hanya akan dipenuhi oleh kaum kelas bawah, sebutannya beragam: orang
kampung, buruh rendahan, atau bahasa yang lain. Ditambah pula dengan julukan “Taman
Seribu Janji” yang disematkan pada taman ini menambah stigma yang lebih rendah
lagi. Sederhananya begini: bila kamu merasa punya uang, kamu tidak akan pernah
mau habiskan malam minggumu dengan mereka yang biasa ada dan duduk di sini
dengan balitanya yang diterlentangkan di atas tikar sederhana di bawah langit, atau pakaian mereka yang tidak mahal serta bahasa daerah yang mereka gunakan
menimbulkan kesan rendahan. Atau bila seseorang di kantor menceritakan bahwa
dia melihat kamu dan wanitamu berjalan di sini saat malam minggu, maka kamu akan merasa direndahkan
untuk kemudian langsung menjawab “ah cuma lewat doank kok, ngapain juga”. Atau karena terlalu bercampur dengan kebisingan motor yang menggerung
buas dan kepul knalpot tua yang mengabu, belum lagi nyanyian pengamen setelan
punk yang jauh dari kata enak didengar dan banyak sekali.
Malam ini saya berjalan
lagi menyusuri taman ini, dari ujung hingga ujung. Melihat pelan-pelan ekspresi
bahagia dari wajah-wajah itu, meski tatap merendahkan dari barisan mobil-mobil mewah yang kebetulan melintas di sana menilai buruk sekehendaknya. Senang rasanya. Ingatkan kembali bahwa kebahagian
itu tidak mahal. Bukan dengan uangmu yang berlimpah, wanitamu yang cantik-molek,
atau gengsimu yang penuh. Sekali-kali nanti berkunjunglah ke sini, kita duduk
dengan yang lain, menikmati jajanannya di atas tikar kasar itu dan sinar malam.
Tak perlu merasa kelas sosialmu jadi turun karenanya, karena memang sebenarnya tidak. :)
Cikarang, 25 Mei 2013
hanan mau nanti diajakin kesini... trus dijajanin sama babap :)
BalasHapusIya, pasti. Nanti kita wisata ke sini. Sabtu malam, saat terang bulan. :)
BalasHapus