Belum lama saya duduk di kursi ini menghadap tiupan AC yang
menyejukkan, dan telpon genggam saya berdering pelan. Melihat di layar itu, saya
langsung tahu bahwa yang menelpon adalah ayah. Segera keluar dari ruangan,
menuju salah satu ruangan lab yang kosong
di sisi selatan, saya angkat telponnya. Ini sangat perlu, karena saya akan
berbicara dengan volume suara yang tinggi. Saya dan ayah biasa bicara seperti
itu. :D
Dan tak ada hal yang benar penting yang kami bicarakan. Hanya
pertanyaan singkat tentang makanan di kantor siang ini, kemudian dilanjut tentang
obrolan bertema catur. Awalnya ayah bertanya bagaimana permainan catur saya
saat ini. Saya jawab: “akhir-akhir ini saya
tak terlalu sering bermain catur”. Dia menyambung tangkas: “sebaiknya kamu lebih sering bermain catur. Temukan
orang-orang yang bisa mengalahkanmu dengan mudah, kamu belajarlah yang banyak. Kamu
kalah yang banyak, berusaha menang”. Saya menyimak saja sambil sesekali
tertawa, dengan ayah yang semakin bersemangat atas cerita caturnya. Berkisah tentang
permainan itu yang dulu sering kali membuatnya gelisah. Tentang dia yang sesekali
jadi susah tidur karena selalu kalah menghadapi salah seorang lawan mainnya,
sampai bermimpi bermain catur saat tidur. Saya tertawa mendengar dia bercerita
seperti itu. Terutama di bagian catur yang membuat kepalanya menjadi panas dan
ingin segera mandi untuk mendinginkan kepalanya secara paksa. Ahahaa.
“Catur adalah
permainan mengatur emosi. Dan kekalahan adalah guru terbaik untuk belajar mengendalikannya.
Karena catur adalah tentang belajar dari kekalahan. Kamu ingat itu baik-baik”
Saya tahu, ayah tak pernah terlalu menganggap serius
permainan ini. Saya juga sama. Kami sama-sama tahu ini hanyalah sebuah
permainan, tak pernah lebih dari itu. Saya pikir, kalah dan menang bukanlah sesuatu
yang terlalu menarik. Dan saat ayah menelpon siang ini, saya pikir nasihatnya
tentang permainan catur ini seolah menemukan momentnya. Meski, ahahahaa, rasanya sedikit berlebihan juga jika
dia menelepon hanya untuk menyarankan saya memperbanyak bermain catur, lantas
kalah terus-terusan. :)))))
Dan bakal terlalu drama bila saya tuliskan juga kalo tadi ayah bilang: di permainan ini, kamu ga akan pernah menang, kalo kamu ga berani melawan, :p
Curup-Cikarang, 17 November 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar