Selasa, 28 Mei 2013

Mengadaptasi

Hari ini saya pikir saya mulai mengerti satu hal yang menarik. :)

Kira-kira satu bulan yang lalu saya mengalami satu luka fisik. Waktu itu, terasa sakit memang. Tapi saya memutuskan untuk memberi pengobatan seadanya dulu, saya pikir mungkin bisa sembuh dengan sendirinya. Dan kemudian hari ini, saat rasa sakitnya seharusnya mencapai puncak, nyatanya saya merasa biasa saja. Lumayan sakit juga memang, tapi benar bukan masalah. Saya lewati biasa saja, tanpa ada sesuatu yang terlalu. Benar begitu.

Saya jadi ingat kisaran 8 tahun yang lewat, waktu masih menimba ilmu di Kampus Para Guru itu. Seorang guru pernah berujar, “Di saat satu organisme menerima cekaman (stress) dari lingkungan hingga di ambang batas toleransi biologinya, dan kemudian dia berhasil melewati fase kritisnya, maka rentang toleransi dari organisme tersebut akan membesar dengan sendirinya, dan organisme tersebut lanjutnya akan bertahan. Itu prinsip bertahan dari mahluk biologi. Sama halnya dengan kamu, Budi (nama samaran seorang kawan yang saat itu tengah bersedih karena cintanya ditolak oleh gadis pujaannya), jangan bersedih!” ujar dosen tersebut sambil tersenyum simpul (soalnya niatnya mau sambil ngeledekin si Budi juga, wahahaha). Saya suka sekali semua mata kuliah yang diajar oleh beliau. Karena selalu saja berhasil menghubungkan semua yang diajarkannya di kelas dengan kehidupan nyata kami waktu itu. Dan menghibur. Benar-benar seorang guru. :)

Dan bila melihat keadaan kita saat ini, saya pikir normal saja bila kita bersedih saat menerima suatu masalah. Kadang kita sampai merasa bahwa masalah itu terlalu besar dan sudah di luar kemampuan, hingga kita mau menyerah saja. Atau bertanya mengapa penyelesaian masalah ini tak datang saat ini juga saja? Tapi saya pikir mungkin begini: pemecahannya itu mungkin tak datang sekarang karena ada “sesuatu” yang ingin memberikan kita kesempatan untuk menjadi lebih kuat terlebih dahulu, untuk bekal hadapi masalah yang lebih besar nanti-nanti. Maka karenanya, jangan bersedih, Kawan. Jangan pernah mudah berkecil hati. :)

Didedikasikan untuk guru kami (Alm. Unang Sumarno), Terima kasih dengan segenap tulus, atas ilmu dan kenangannya. Salam hormat, dari saya.
Cikarang,  28 Mei 2013

6 komentar:

  1. pelajaran berharga dari kuku baru :)

    BalasHapus
  2. Selalu saja ada nilai-nilai dari setiap cerita, bahkan dari yang terburuk sekalipun. Bukan begitu om Gelar? :)

    BalasHapus
  3. hai guntur. guntur teh mahasiswa pendidikan biologi angkatan 2003 sanes? sapertosna pernah sakelas di kelas statistika dasar pak unang sumarno. iya, beliau memang guru terbaik, mengajarkan kita pilosofi hidup yang terdalam.

    BalasHapus
  4. kapan-kapan berkunjung ke fb saya, ya. dianmelia78@yahoo.com.trims untuk ilmunya

    BalasHapus
  5. sumuhun, Teh. Saya mahasiswa biologi angkatan 2003. trimakasih sudah berkunjung ke blog saya, Teh. Sekarang saya segera meluncur ke fb nya, :)

    BalasHapus