Hari ini saya pikir saya mulai mengerti
satu hal yang menarik. :)
Kira-kira satu bulan yang
lalu saya mengalami satu luka fisik. Waktu itu, terasa sakit memang. Tapi saya
memutuskan untuk memberi pengobatan seadanya dulu, saya pikir mungkin bisa
sembuh dengan sendirinya. Dan kemudian hari ini, saat rasa sakitnya seharusnya
mencapai puncak, nyatanya saya merasa biasa saja. Lumayan sakit juga memang,
tapi benar bukan masalah. Saya lewati biasa saja, tanpa ada sesuatu yang
terlalu. Benar begitu.
Saya jadi ingat kisaran 8 tahun yang lewat, waktu masih menimba ilmu di Kampus Para Guru itu. Seorang guru pernah berujar, “Di saat satu organisme menerima cekaman (stress) dari lingkungan hingga di ambang
batas toleransi biologinya, dan kemudian dia berhasil melewati fase kritisnya,
maka rentang toleransi dari organisme tersebut akan membesar dengan sendirinya,
dan organisme tersebut lanjutnya akan bertahan. Itu prinsip bertahan dari
mahluk biologi. Sama halnya dengan kamu, Budi (nama samaran seorang kawan yang saat
itu tengah bersedih karena cintanya ditolak oleh gadis pujaannya), jangan
bersedih!” ujar dosen tersebut sambil tersenyum simpul (soalnya niatnya mau sambil ngeledekin si Budi juga, wahahaha). Saya suka sekali semua mata kuliah
yang diajar oleh beliau. Karena selalu saja berhasil menghubungkan semua
yang diajarkannya di kelas dengan kehidupan nyata kami waktu itu. Dan menghibur.
Benar-benar seorang guru. :)
Dan bila melihat keadaan
kita saat ini, saya pikir normal saja bila kita bersedih saat menerima suatu
masalah. Kadang kita sampai merasa bahwa masalah itu terlalu besar dan sudah di luar
kemampuan, hingga kita mau menyerah saja. Atau bertanya mengapa penyelesaian
masalah ini tak datang saat ini juga saja? Tapi saya pikir mungkin begini: pemecahannya
itu mungkin tak datang sekarang karena ada “sesuatu” yang ingin memberikan kita
kesempatan untuk menjadi lebih kuat terlebih dahulu, untuk bekal hadapi masalah
yang lebih besar nanti-nanti. Maka karenanya, jangan bersedih, Kawan. Jangan pernah mudah berkecil hati. :)
Didedikasikan untuk guru kami (Alm.
Unang Sumarno), Terima kasih dengan segenap tulus, atas ilmu dan kenangannya. Salam
hormat, dari saya.
Cikarang, 28 Mei 2013
pelajaran berharga dari kuku baru :)
BalasHapushade euy! :)
BalasHapusSelalu saja ada nilai-nilai dari setiap cerita, bahkan dari yang terburuk sekalipun. Bukan begitu om Gelar? :)
BalasHapushai guntur. guntur teh mahasiswa pendidikan biologi angkatan 2003 sanes? sapertosna pernah sakelas di kelas statistika dasar pak unang sumarno. iya, beliau memang guru terbaik, mengajarkan kita pilosofi hidup yang terdalam.
BalasHapuskapan-kapan berkunjung ke fb saya, ya. dianmelia78@yahoo.com.trims untuk ilmunya
BalasHapussumuhun, Teh. Saya mahasiswa biologi angkatan 2003. trimakasih sudah berkunjung ke blog saya, Teh. Sekarang saya segera meluncur ke fb nya, :)
BalasHapus