Adalah hari ini, 18 Mei 2014. Tepat tiga tahun sudah saya
bekerja di tempat yang sangat menyenangkan itu. Bertemu kawan-kawan baru dengan
beragam sifat dan kebiasaan, melihat Cikarang sebagai sebuah kota kecil yang ternyata menarik
sekali, dan banyak lagi. Menengadahkan kepala sejenak, mengambil udara sejuk khas Bandung utara, saya jadi ingin bercerita sedikit tentang hari itu, hari pertama
saya masuk kerja.
***
Jarum jam belum terlalu jauh dari setengah delapan
pagi, dan ojek tumpangan itu mengantarkan saya tepat di depan sebuah bangunan
besar dengan kombinasi warna putih dan biru, berikut seorang petugas sekuriti yang tengah sibuk membantu
seorang karyawan kantor memarkirkan mobil kijang hitamnya di tempat yang sudah ditentukan.
Berjalan perlahan menuju pos sekuritinya yang ramah sekali, saya diminta menuju
lobi.
Lobi ini tak terlalu besar, dengan dominasi warna putih bersih di dinding
dan langit-langitnya, serta seorang resepsionis yang sedang asik sekali mengobrol dan
meminta saya menunggu dulu di situ. Duduk menghadap barat di sebuah sofa berwarna biru gelap, memandang para
pegawai kantor yang baru saja datang dengan pakaian yang bagus-bagus,
saya coba menghafal wajah-wajah mereka dan suasananya. Beberapa berhasil saya ingat hingga
saat ini, sisanya tidak, saya tenang saja.
Jam delapan sudah dekat, dan beberapa gadis muda berpakaian rapi turun dari sebuah mobil tepat di depan
pintu lobi. Salah satunya saya kenal –saya sudah pernah bertemu dan mengobrol
dengannya di beberapa minggu yang lewat saat pertama kali datang ke sini, seorang gadis muda dengan batik coklat
muda berbentuk terusan rok pendek dengan motif bunga. Dia menyapa sebentar dengan senyumnya yang khas
dan obrolan pendek yang masih saya ingat benar. Lepasnya dia masuk, saya tetap di situ.
Tak lama berselang, seorang bapak-bapak menghampiri, bertanya perihal nama dan
nomor sepatu yang saya pakai. Saya jawab setepat mungkin, dia segera bergerak
cepat. Tak lama, dia datang menenteng sebuah plastik transparan berisi sepasang sepatu hitam-putih yang baru dan
nyaman sekali saat dipakai. Lanjut antarkan saya menuju sebuah ruangan di lantai
dua di atas sana, kami mengobrol sedikit-sedikit. Saat itu saya tak menyadari, bahwa
kiranya bapak-bapak dengan ekspresi yang selalu terlihat terburu-buru ini nantinya
akan menjadi salah satu kawan yang paling menyenangkan dari tempat ini. Dan ternyata, wajahnya itu sama sekali tak mencerminkan umurnya. Kamu tahu? ternyata kami seumuran. :)
Ruangan di lantai dua itu sedikit kaku, saya bisa
merasakannya saat itu. Lepas berbincang sebentar dengan gadis muda yang tadi, juga
perkenalan singkat dengan seorang yang lain, saya tak banyak bicara. Mengelilingi
gedung itu untuk berkenalan dengan semua kawan kerja yang lain, saya tak
berhasil mengingat banyak nama dan wajah, tapi saya pikir itu normal sekali. Hingga akhirnya
saya kembali ke ruangan itu, dan gadis muda itu mulai mengajak saya berdiskusi
tentang sebuah project penelitian. Saya dengarkan saja dia bicara. Tak
sepenuhnya paham, tapi sepertinya saya mengerti garis besar apa yang dia bicarakan.
Dia meminta saya membaca lima paper yang sudah dia sediakan. :) Sebenarnya saat itu saya sama
sekali tak berminat membaca papernya, tapi saya suka cara gadis itu memberi
perintah. Saya ikuti. Saya baca semuanya.
Makan siang pertama di tempat itu bersama dua orang kawan baru yang lain adalah hal
yang selalu saya ingat. Penampilan dan bahasa dari kedua kawan tersebut sangat
tertata. Saya mulai memperhatikan keduanya. Saya ingat betul, saat itu saya
mencoba sebuah eksperimen kecil. Hal itu saya lakukan hanya untuk melihat reaksi dari
kedua kawan ini: saya ingin mengenal mereka, :). Saat itu saya sengaja membuat sebuah ketidakwajaran
kecil dengan menuangkan nasi di mangkok khusus untuk tempat sayur –saya tahu
persis penggunaan mangkok ini karena saya sudah memperhatikan penghuni kantin sedari masuk ruangan ini tadi. Dan hebatnya, mereka berdua tak menegur ketidakwajaran
ini, walau beberapa kali saya menangkap mereka terlihat menatap aneh ke arah mangkok itu, tapi mereka tetap ramah. Sejak
saat itu, saya tahu, bahwa keduanya akan menjadi kawan yang baik dan menyenangkan. Ya,
saya pikir setidaknya keyakinan tersebut terbukti benar hingga hari ini. Saya
merasa beruntung sekali untuk bisa mengenal mereka. :)
Hari itu rasanya singkat sekali. Sebuah Rabu yang sibuk
sekali. Hari dimana saya mulai merekam satu-satu tentang apa saja yang saya inginkan di tempat itu. Tentang
kawan-kawan baru, tentang obrolan-obrolan yang tak sengaja terdengar dari kawan-kawan yang
lewat dan masih asing, tentang tata ruang bangunan yang susah diingat, tentang
sore Cikarang yang ternyata bagus sekali di perjalanan pulang menuju komplek
kos-kosan yang eksklusif, tentang lapangan hijau pinggir
jalan dimana matahari sore turun dengan tepat ditelan lari para pemuda yang
asik bermain sepak bola.
Bandung, 18 Mei 2014
Congratulations Guntur gak kerasa ya sudah 3 tahun!!
BalasHapusAha, anonim, sayang saya ga tau ini siapa. Tapi tetap makasih yang banyak, Kawan. Salam sejahtera. ;)
Hapus