Senin, 19 Mei 2014

Rabu Pertama

Adalah hari ini, 18 Mei 2014. Tepat tiga tahun sudah saya bekerja di tempat yang sangat menyenangkan itu. Bertemu kawan-kawan baru dengan beragam sifat dan kebiasaan, melihat Cikarang sebagai sebuah kota kecil yang ternyata menarik sekali, dan banyak lagi. Menengadahkan kepala sejenak, mengambil udara sejuk khas Bandung utara, saya jadi ingin bercerita sedikit tentang hari itu, hari pertama saya masuk kerja.

***
Jarum jam belum terlalu jauh dari setengah delapan pagi, dan ojek tumpangan itu mengantarkan saya tepat di depan sebuah bangunan besar dengan kombinasi warna putih dan biru, berikut seorang petugas sekuriti yang tengah sibuk membantu seorang karyawan kantor memarkirkan mobil kijang hitamnya di tempat yang sudah ditentukan. Berjalan perlahan menuju pos sekuritinya yang ramah sekali, saya diminta menuju lobi. 

Lobi ini tak terlalu besar, dengan dominasi warna putih bersih di dinding dan langit-langitnya, serta seorang resepsionis yang sedang asik sekali mengobrol dan meminta saya menunggu dulu di situ. Duduk menghadap barat di sebuah sofa berwarna biru gelap, memandang para pegawai kantor yang baru saja datang dengan pakaian yang bagus-bagus, saya coba menghafal wajah-wajah mereka dan suasananya. Beberapa berhasil saya ingat hingga saat ini, sisanya tidak, saya tenang saja.

Jam delapan sudah dekat, dan beberapa gadis muda berpakaian rapi turun dari sebuah mobil tepat di depan pintu lobi. Salah satunya saya kenal –saya sudah pernah bertemu dan mengobrol dengannya di beberapa minggu yang lewat saat pertama kali datang ke sini, seorang gadis muda dengan batik coklat muda berbentuk terusan rok pendek dengan motif bunga. Dia menyapa sebentar dengan senyumnya yang khas dan obrolan pendek yang masih saya ingat benar. Lepasnya dia masuk, saya tetap di situ. 

Tak lama berselang, seorang bapak-bapak menghampiri, bertanya perihal nama dan nomor sepatu yang saya pakai. Saya jawab setepat mungkin, dia segera bergerak cepat. Tak lama, dia datang menenteng sebuah plastik transparan berisi sepasang sepatu hitam-putih yang baru dan nyaman sekali saat dipakai. Lanjut antarkan saya menuju sebuah ruangan di lantai dua di atas sana, kami mengobrol sedikit-sedikit. Saat itu saya tak menyadari, bahwa kiranya bapak-bapak dengan ekspresi yang selalu terlihat terburu-buru ini nantinya akan menjadi salah satu kawan yang paling menyenangkan dari tempat ini. Dan ternyata, wajahnya itu sama sekali tak mencerminkan umurnya. Kamu tahu? ternyata kami seumuran. :)

Ruangan di lantai dua itu sedikit kaku, saya bisa merasakannya saat itu. Lepas berbincang sebentar dengan gadis muda yang tadi, juga perkenalan singkat dengan seorang yang lain, saya tak banyak bicara. Mengelilingi gedung itu untuk berkenalan dengan semua kawan kerja yang lain, saya tak berhasil mengingat banyak nama dan wajah, tapi saya pikir itu normal sekali. Hingga akhirnya saya kembali ke ruangan itu, dan gadis muda itu mulai mengajak saya berdiskusi tentang sebuah project penelitian. Saya dengarkan saja dia bicara. Tak sepenuhnya paham, tapi sepertinya saya mengerti garis besar apa yang dia bicarakan. Dia meminta saya membaca lima paper yang sudah dia sediakan. :) Sebenarnya saat itu saya sama sekali tak berminat membaca papernya, tapi saya suka cara gadis itu memberi perintah. Saya ikuti. Saya baca semuanya.

Makan siang pertama di tempat itu bersama dua orang kawan baru yang lain adalah hal yang selalu saya ingat. Penampilan dan bahasa dari kedua kawan tersebut sangat tertata. Saya mulai memperhatikan keduanya. Saya ingat betul, saat itu saya mencoba sebuah eksperimen kecil. Hal itu saya lakukan hanya untuk melihat reaksi dari kedua kawan ini: saya ingin mengenal mereka, :). Saat itu saya sengaja membuat sebuah ketidakwajaran kecil dengan menuangkan nasi di mangkok khusus untuk tempat sayur –saya tahu persis penggunaan mangkok ini karena saya sudah memperhatikan penghuni kantin sedari masuk ruangan ini tadi. Dan hebatnya, mereka berdua tak menegur ketidakwajaran ini, walau beberapa kali saya menangkap mereka terlihat menatap aneh ke arah mangkok itu, tapi mereka tetap ramah. Sejak saat itu, saya tahu, bahwa keduanya akan menjadi kawan yang baik dan menyenangkan. Ya, saya pikir setidaknya keyakinan tersebut terbukti benar hingga hari ini. Saya merasa beruntung sekali untuk bisa mengenal mereka. :)

Hari itu rasanya singkat sekali. Sebuah Rabu yang sibuk sekali. Hari dimana saya mulai merekam satu-satu tentang apa saja yang saya inginkan di tempat itu. Tentang kawan-kawan baru, tentang obrolan-obrolan yang tak sengaja terdengar dari kawan-kawan yang lewat dan masih asing, tentang tata ruang bangunan yang susah diingat, tentang sore Cikarang yang ternyata bagus sekali di perjalanan pulang menuju komplek kos-kosan yang eksklusif, tentang lapangan hijau pinggir jalan dimana matahari sore turun dengan tepat ditelan lari para pemuda yang asik bermain sepak bola.

Bandung, 18 Mei 2014

2 komentar:

  1. Congratulations Guntur gak kerasa ya sudah 3 tahun!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aha, anonim, sayang saya ga tau ini siapa. Tapi tetap makasih yang banyak, Kawan. Salam sejahtera. ;)

      Hapus