Senin, 16 Juni 2014

Salam Rindu Untuk Ayah

Bukan hal yang disengaja, saat malam ini mendengarkan lagi lagu yang manis sekali milik Ebiet G Ade berjudul “Titip Rindu Buat Ayah”. Saat ini, tetangga kos-kosan yang ini tengah memutarkan lagu itu perlahan dari kamarnya, saya terpaku mendengarkan. Sembari berselonjor di lorong depan kamar dan segelas kopi manis yang hangat, saya menyadari bahwa kadang saya sering sekali lupa pada ayah di rumah kami itu. Terbayang sosoknya tengah diam duduk memperhatikan seperti yang biasa dilakukannya di hari-hari yang juga biasa, sekarang saya tersenyum sendiri. Di hari-hari itu, saya akan dengan senang hati menyapa dan duduk di sekitarnya hanya untuk bertanya hal-hal yang sebenarnya saya sudah tahu jawabannya. Lalu kami berdialog yang panjang, banyaknya saya hanya akan mendengarkan dia bercerita. Saya tahu. Saya tahu, dia suka bercerita. Saya hanya perlu memulainya sedikit. :)

Saya simpulkan, ayah saya adalah seorang yang keras sekaligus lembut. Saya katakan seperti itu. Dia akan bersikap manis sekali terhadap (Almh) ibu dan kakak perempuan saya, malah terkesan takut dan tunduk sekali, saya serius, ahahaa. Tapi dia keras sekali terhadap saya. Dan tak perlu saya ceritakan bagaimana, tapi memang seperti itulah. Tapi bukan berarti kami berdua tak dekat. Kedekatan kami itu lebih seperti dua kawan yang tak terlalu intens bertukar sapa. Dia pasti menegur dengan keras saat saya berbuat salah, sedang bila tidak, maka dia akan lebih senang untuk tidak menyapa. Dia lebih memilih tak banyak berekspresi saat saya sedang berapi-api menceritakan keberhasilan yang saya dapatkan. Selalu begitu. Kadang saya merasa sebal sekaligus aneh sendiri karenanya, ahahaa. Dan hal itu pulalah yang menyebabkan saya yang lebih sering mendekatinya dibandingkan dia yang mendekati saya.

Satu hal yang mungkin paling saya sukai darinya adalah saat dia tengah duduk diam memperhatikan. Saat rumah kami sedang ramai sekali oleh saudara-saudara yang datang, dengan anak-anak kecil berlarian dan perempuan-perempuan kami yang sedang saling asik bercerita serta hilir mudik kakak-kakak sepupu di dalam rumah, dan dia akan duduk saja dengan tenang di atas kursi itu sambil memperhatikan semuanya. Kadang dia tersenyum-senyum sendiri melihat tingkah anak-anak kecil yang mudah sekali menjerit, kadang ikut berkomentar beberapa patah kata untuk kemudian berdiam lagi. Mungkin dia tak pernah menyadari bahwa saya sering memperhatikan dia yang tengah memperhatikan. Atau mungkin kadang dia juga sering memperhatikan saya yang sedang memperhatikan semua. Pusing ya? ahahaa. Tapi memang kadang seperti itulah interaksi kami.

Ah, sepertinya cerita saya ini sama sekali tak beralur. Heheu. Sebenarnya saat ini saya sedang rindu pada ayah saya saja, sesederhana itu. Semoga saja akhir bulan depan kami bisa bertemu, menjelang lebaran. Nanti saya akan mengajaknya berdua duduk di teras rumah, mengobrol apa saja, sambil melihat hilir-mudik kendaraan dan kenalan yang entah tengah menuju kemana saja. Persis seperti hari-hari kami kemarin.

Sampai ketemu, Yah. Sekarang kita santai-santai dulu aja. ;)
Cikarang, 16 Juni 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar