“Sebenarnya saya pikir kita adalah sebuah bangun ruang,
bukan bangun datar.”
***
Saya pikir kita bisa saja menyebut diri kita adalah sebuah
titik. Dan titik adalah sebuah ruang, saya selalu mempercayai seperti itu. Sebuah
titik adalah gabungan titik-titik yang sebenarnya membentuk sisi-sisi yang
terhubung sekaligus menyatu –di dalam konsep biologi, inilah yang disebut
individu. Sisi-sisi ini membentuk sebuah ruang. Di dalam ruang tersebut adalah bentuk kosong. Dan
di dalam ruang itulah kita ada. Dan lawan dari bangun ruang adalah ketiadaan.
Sedang kosong bukanlah ketiadaan. Kosong merupakan tempat bersinggungannya dimensi
ruang, waktu, dan kejadian.
Di dalam bangun ruang itu kita bermain. Menuju satu sisinya
kemudian pergi lagi ke sisi yang lain. Dan permainan itu kita lakukan dalam
dimensi waktu. Kita tak kan pernah ada di dua sisi di satu waktu yang sama. Bila
dilihat dari luar, mungkin saja kita terlihat seperti berada di dua sisi yang
berlainan di waktu yang sama. Padahal tidak. :) Mungkin kamu ingat
saya pernah katakan bahwa kita adalah sebuah bola transparan yang di dalamnya
terdapat liquid bergerak berwarna-warni? Ya, saya pikir benar miriplah seperti itu. Dan bangun datar? Bukan, saya pikir kita bukan bangun datar.
Tapi ngomong-ngomong, tulisan ini bukan bicara tentang
dzat ketuhanan. Karena sepertinya dzat itu adalah sesuatu yang berbeda. Dia bukan
tentang bangun ruang dan/atau ketiadaan, tapi dzat itu sepertinya melahap
keduanya. Lagian, saya tak terlalu berminat bicara Tuhan melalui cara-cara
seperti ini. :p
Saya juga bingung, sebenarnya ini saya lagi ngomongin apa, lol
Cikarang, 19 Juni 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar