Sabtu, 21 Juni 2014

Muhammad Haikal Sedayo (2)

Dan hari pertama di sekolah menengah umum itu mungkin adalah sebuah titik terpenting dari perjalanan saya saat beranjak remaja. Dalam rentang waktunya itu, saya mulai mengenal beberapa kawan terbaik dengan lebih dekat, yang ternyata bisa membuat saya melihat semua hal menjadi lebih berwarna dari kacamata seorang remaja. Mereka berhasil memperlihatkan banyak hal tentang dimensi-dimensi yang belum pernah saya kenal sebelumnya. Mulai dari cara berteman, cara bertindak seenaknya khas remaja, cara melihat dan mengagumi perempuan sebaya, cara menyukai sesuatu, dan masih banyak lagi. Hingga kini saya menyadari bahwa saya memiliki masa remaja bersama kawan-kawan terbaik yang menarik dan terasa indah sekali. :)

***
Ahaha, mungkin sebaiknya saya mulai saja dengan yang ini: tentang percintaan remaja milik kawan yang ini. Jujur saja, kadang saya berpikir bahwa Haikal sedikit bodoh dalam menjalani kisah cinta remajanya, lol. Kadang saya tak habis pikir sendiri, kenapa dia dengan mudahnya menelan bulat-bulat saran-saran percintaan yang saya berikan, padahal saya yakin sekali dia tahu bahwa saat itu saya tak pernah serius dengan semua saran-saran itu. Beberapa saran konyol yang selalu saja berujung petaka baginya. Dan dia akan marah sekali dan menyalahkan saya habis-habisan atas hasil-hasil buruk yang dia terima, selalu begitu. Tapi tenang saja, karena kami akan selalu berbaikan lagi seolah tak pernah terjadi apa-apa di selang hari berikutnya. :D

Ah, sudah dulu tentang percintaan, sekarang saya mau bercerita tentang yang lain. Adalah hal yang lumrah bila anak seumuran saya waktu itu, ingin belajar memainkan alat musik gitar. Saya belajar bermain gitar pertama kali ke Haikal –saat itu dia sudah lebih dulu bisa bermain gitar. Saya masih ingat persis, pertama kali dia mengajarkan saya kunci C –saat itu saya dan Eman (salah satu teman terbaik yang lain) sengaja datang ke rumahnya untuk belajar gitar, kemudian kami diajarkan kunci A-minor lalu kunci F. Lagu pertama yang kami pelajari darinya waktu itu adalah lagu Dua Sejoli milik grup band Dewa. Ahahaa, saya ingat sekali hari itu, saya susah sekali belajar menekan kunci F. Tekun sekali kami belajar pelan-pelan sore itu, dengan Haikal yang semangat sekali mengajari kami sambil terus saja bernyanyi tak henti-henti: “hapus air matamu yang menetes di pipimu...”. Heheu. Hingga nantinya kami bertiga akan membentuk sebuah band musik asal-asalan yang diberi nama: Njaboy Band. What a stupid name! :)))

Hmm, sekarang saya akan bercerita sedikit serius: tentang Haikal yang mulai menggilai dunia mistis. Semuanya bermula saat tahun pertama kami masuk di sekolah ini, saat Haikal bersama kawan-kawan baik yang lain mulai mengikuti ekstrakurikuler Satria Nusantara –sedang saya tidak. Sebuah ekstrakurikuler dengan seragam kebesaran berupa kaos singlet biru yang mengajarkan anggotanya mengenai cara mengolah tenaga dalam untuk memecahkan botol kaca, membuat bohlam tak bisa pecah walau dibantingkan ke lantai, membuat lawan tak bisa mendekat saat berkelahi, menembakkan tenaga dalam pada orang lain, dan lain-lain. Singkat kata, saya sebutkan bahwa ekstrakurikuler ini diperuntukkan untuk orang-orang sakti! Dan Haikal adalah orang yang paling sakti dari kumpulan ini, dia diangkat sebagai ketuanya. Hingga cerita-cerita itupun dimulailah. Cerita tentang Haikal yang mulai mendalami ilmu kebatinan dengan lebih serius –dari dulu saya selalu menyebutnya sebagai Dukun Cilik, ahahahaa. Berikutnya banyak cerita-cerita tak masuk akal dia lakukan, dan ajaibnya, dia berhasil membuat kami mengikuti hobi gila-nya tersebut. Kami mulai suka bermain jelangkung, mengundang jin masuk ke dalam tubuh, belajar ilmu pelet pengasihan (yang tak pernah terbukti berhasil, lol), menyelidiki kasus apapun dengan pendekatan gaib, ekspedisi mistis, hingga mempelajari ilmu kebal –ya, kami semua pernah merasakan kebal senjata tajam. Dan referensi wajib kami waktu itu adalah majalah Misteri. Majalah bodoh yang selalu kami dapatkan dengan meminjam diam-diam milik orang tua dari seorang kawan baik yang lain, atau dengan membeli sendiri dari uang jajan harian kami yang sangat pas-pasan. Dan sudah jelas: Haikal adalah ketua kami dalam urusan dunia gaib ini! Dia adalah yang tersakti dari kami semua! –Detail dari cerita-cerita bodoh ini akan saya ceritakan di tulisan yang lain, karena akan terlalu panjang bila harus dibahas di sini, :D

Masa remaja kami –saya, Haikal dan kawan-kawan baik yang lain, juga tak lepas dari cerita kekerasan khas ala remaja. Kami akan berkelahi dengan siapapun dan tentang apapun. Tak peduli itu masalah yang benar-benar prinsip atau hanya perkara remeh saja, tak peduli itu masalah ke kakak kelas atau adik kelas, tak peduli itu perkelahian satu lawan satu atau keroyokan, bahkan tak peduli itu adalah masalah kami atau bukan. Tapi satu hal yang bisa saya pastikan: bahwa kami tak pernah mencari masalah membabi-buta layaknya berandalan. Kami tak pernah memeras minta uang dengan ancaman ke siapapun, kami tak pernah mencari masalah pada pihak yang kami tahu mereka tak akan berani melawan, kami tak pernah melawan fisik pada orang tua dan guru, kami tak pernah melakukan hal “buruk” pada perempuan seperti yang biasa dilakukan oleh anak remaja laki-laki masa kini. Ya, saya pikir kami tak pernah jadi berandalan.

Hahaa, saya katakan begini: mungkin saya adalah salah satu orang yang paling banyak mengetahui cerita remaja dari si kidal ini. Saya yakin sekali tentang hal itu. Karena dulu dia sering menulis diari, dan saya sering sekali membacanya diam-diam, ahaha. Kadang saya membacanya di rumahnya saat dia sedang pergi, kadang saya membawa diarinya semalaman dan membacanya di rumah saya. Dan memang  perbuatan saya itu jelas salah sekali, tapi yah, namanya juga remaja –saya sama sekali tak merasa salah waktu itu, :D. Dan Haikal tak pernah tahu bahwa saya sering kali diam-diam membaca diarinya, hingga akhirnya saya mengakuinya sendiri saat kami sudah merantau ke tanah Priangan, tanah yang sangat asing bagi kami waktu itu. Tanah yang selanjutnya akan kami gunakan untuk memulai cerita-cerita pribadi/kami yang lain.

Yang meski dia selalu berkeras mengatakan bahwa dia adalah orang yang sangat ordinary (baca: normal, biasa), tapi sebenarnya dia adalah salah satu kawan terantik yang pernah saya temui, bahkan sampai detik ini. :D

Cikarang, 22 Juni 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar