Kamis, 05 Juni 2014

Sebuah Hipotesis dari Pemahaman Partial tentang Psikologi

Selesai berolahraga bersama seorang kawan di kos-kosan kami yang sederhana, tiba-tiba saya terpikir untuk menunjukkan kepadanya beberapa trik sederhana. Beberapa trik yang sederhana sekali sepertinya, saya pikir begitu. Saya melakukan gerakan jungkir balik dengan bertopang pada sebuah tongkat besi yang kami biarkan melintang dua meter di atas lantai. Juga gerakan melompat menggapai besi tersebut dari jarak yang tak terlalu jauh. Selesai menunjukkan gerakannya, sambil senyum-senyum, saya berucap pada kawan tersebut: “coba kamu membuat gerakan seperti saya tadi”. Dia menjawab: “tidak! Saya pikir itu berbahaya, dan tak ada manfaatnya juga. Lagian sepertinya saya tidak yakin kalau saya bisa melakukannya”. Mendengar jawabannya itu, saya semakin tertarik. Saya ingin mengetahui apa yang dia pikirkan tentang semua ini. Hingga kami berdialog sedikit panjang tadi, saya suka sekali.

Saya katakan padanya bahwa saya sepenuhnya sadar, yang saya lakukan tadi memang sedikit berbahaya. Saya juga tahu bahwa hal itu juga tak memiliki manfaat apa-apa. Dan saya juga sama: sebenarnya saya tak terlalu yakin kalau saya bisa melakukannya atau tidak. Ya, begitu. Tapi saya mau melakukannya, itu saja :). Bukan tentang manfaat apa yang bisa saya dapat, bukan juga tentang saya yakin bisa melakukannya atau tidak. Sesederhana: saya hanya ingin melakukannya. 

Saya jadi teringat beberapa hal serupa di beberapa saat di waktu yang lewat. Seperti saat sedang memiliki uang 1,5 juta rupiah di total uang yang saya miliki di dompet dan tabungan, untuk bekal hidup sebulan. Saat itu, saya memilih untuk meminjamkan sebagian uangnya ke kawan yang sedang butuh pinjaman, sebagian saya beri-berikan saja ke kawan-kawan yang keliatannya sedang banyak uang, sebagian saya beri-berikan ke kawan yang sepertinya memang sedang butuh uang tapi tak berani meminjam karena hawatir tak bisa mengembalikannya tepat waktu. Hingga uang yang tersisa tinggal 150 ribu rupiah, dan saya hidup sedikit susah dan pas-pasan sebulan itu. Saat uang itu ternyata tak cukup untuk biaya hidup sebulan, saya memutuskan untuk meminjam uang ke kawan yang lain, dan nanti saat saya punya uang, saya akan mengembalikannya sesegera mungkin. :D

Atau yang lain lagi. Sore itu sedang hujan besar, dan saya memilih untuk memberikan ongkos pulang yang saya miliki ke seorang kawan pedagang lumpia di gerbang belakang kampus Ganesha. Dia sempat bertanya waktu itu: “ini uang apa?”. Saya jawab: “saya sedang banyak uang, biar kita bagi-bagi sekarang”. Lanjut dia terima, kami tertawa. Sebenarnya saat itu, saya jauh sekali dari banyak uang. Uang lima ribu yang saya berikan padanya tadi adalah total uang yang saya punya saat itu. Hingga akhirnya sore itu menunggu dulu hingga hujannya reda, dan di penghujung magribnya saya pulang berjalan kaki menuju kos-kosan di daerah Ledeng di atas sana.

***
Hmm, mungkin kadang sebagian orang menilai saya membahayakan diri sendiri untuk hal-hal yang tak bermanfaat, saya menyiksa diri sendiri, saya berpikir terlalu pendek, saya disebut kadang bertindak bodoh, dan banyak lagi yang lain. Saat beberapa kawan menyebutkan seperti itu, saya hanya tertawa-tawa saja. Saya tak terlalu berminat mendebatkan hal ini sebenarnya, heheu. Tapi saat mereka sedang bertanya terbuka, dengan senang hati saya akan menjelaskan. "Apa kamu tahu? Sebenarnya saya tak pernah terlalu berpikir untuk mendapatkan pahala. Saya juga sama sekali tak berminat disebut dermawan oleh siapapun. Saya melakukannya hanya karena saya mau saja, sepertinya begitu". :D

Saya tak bicara tentang menantang bahaya seperti para penggila adrenalin, saya tak bicara tentang mencoba cara hidup orang-orang suci, apalagi mencoba menyiksa diri. Kenapa disebut menyiksa diri bila nyatanya saya melakukan semua itu dengan senang hati. Saya gembira. Hmm, baiklah, sekarang saya beritahu tentang sebuah rahasia: “sebenarnya saya tak terlalu mengerti mengapa saya melakukan semua itu, karenanya saya hanya akan jawab ‘karena saya mau’ saja”. Hahaa. Tapi terkadang saya juga mengira-ngira sendiri kiranya kenapa saya melakukan hal-hal itu. Sejauh ini saya hanya berhipotesis bahwa mungkin saya hanya senang bermain di perbatasan interaksi dunia pikiran orang lain dan pikiran saya sendiri. Sebuah hipotesis yang saya susun berdasarkan ketertarikan saya pada serba-serbi psikologi, dimana saya mencoba mengenali diri saya sendiri lewat cerminan orang-orang yang saya temui dan batas-batas pikiran yang saya miliki.

Terima kasih untuk Haikal Sedayo untuk diskusi filsafat dan psikologi-nya sore itu. Diskusi yang saya tak tahu sudah benar atau belum, tapi menurut saya itu menarik. Dan saya tak keberatan bila nyatanya saya masih salah mengerti. :)
Cikarang, 5 Juni 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar