Minggu, 20 Juli 2014

Kabar dari Bandung (4) : Belut Sawah di Baleendah

Beberapa saat setelah kedua anak itu muncul dari baris rumah di kaki bukit
Hari masih termasuk siang, dan kami sudah memutuskan pulang. Tak seperti biasanya memang kami pulang saat waktu masih di kisaran ini, tapi bukan pula berarti karena kami sudah memiliki jadwal masing-masing yang lain sore ini. Itu hanya sebatas ingin pulang lebih awal saja, tak ada yang lain. Untuk kemudian mengendarai motor matic berwarna hijau muda itu perlahanan di sepanjang perjalanan pulang, kami bicara tentang banyak hal. Meski semua obrolannya tak spesifik, tapi sepertinya kami senang-senang saja. Hingga akhirnya kawan yang ini mengingatkan sebuah percakapan singkat di pagi yang tadi, bahwa hari ini dia ingin membeli belut.

Berjalan perlahan, dan penjual belut pinggir jalan itu kami temukan. Saat itu, dia tengah melayani seorang pembeli yang lain: seorang tentara paruh baya berpangkat sersan kepala. Tentara yang saya lupa namanya ini membeli 2 kilogram belut yang sudah dibersihkan dan 1 ekor ikan gabus sebesar lengan dewasa yang masih dibiarkan hidup dalam plastik transparan. Semua barang beliannya itu dipisahkan dalam dua kantong plastik yang berbeda. Satu kantong plastik berisi 1 kg belut dan ikan gabus, sedang satu kantong plastik lagi berisi hanya 1 kg belut saja. Begitu permintaan dari Sersan itu. Dan diikuti dengan keramahan yang luar biasa dari penjualnya. Ah, senang sekali saya melihatnya. :)

Dan kawan yang ini juga tak mau ketinggalan. Menanyakan harga, dan dengan tangkas katakan bahwa dia memesan setengah kilo saja. Pesankan untuk sekalian dibersihkan dulu, akhirnya penjual itu bergerak sigap beraksi dengan kain lap, ember dan guntingnya. Menunggu dan memperhatikan sekitar, juga dua orang anak yang terlihat berjalan di kejauhan ke arah kami di pinggir jalan ini, sesegeranya saya mengeluarkan kamera dari dalam tas yang tergeletak di atas jok motor. Dan saya pikir memotret kedua anak yang berjalan di pematang sawah kaki bukit itu adalah ide yang bagus. Ah, sebenarnya  saya hanya sedang membayangkan saya dan seorang kawan kecil saya dulu yang tengah berjalan di suasana yang lebih-kurang mirip seperti ini. Meski sepertinya pemandangan di kampung kami sedikit lebih dramatis dari tempat ini. :)

Dan tepat saja ternyata. Keduanya menghampiri kami. Mungkin lebih tepatnya menghampiri pedagang belut ini. Dan di selanya itu, kami berempat memulai beberapa dialog singkat. Mereka malu-malu, kami senyum-senyum. Pedagangnya bergerak di antara deru kendaraan-kendaraan yang lewat.

Saya unggahkan beberapa foto kedua anak itu di laman fb milik saya. Harapannya, nanti di satu hari yang lain, mereka akan mendatangi saya lagi untuk menyambung obrolan kami yang malu-malu kemarin.
Bandung, 20 Juli 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar