![]() |
Beberapa saat setelah kedua anak itu muncul dari baris rumah di kaki bukit |
Hari masih termasuk siang, dan kami sudah memutuskan pulang.
Tak seperti biasanya memang kami pulang saat waktu masih di kisaran ini, tapi bukan
pula berarti karena kami sudah memiliki jadwal masing-masing yang lain sore ini. Itu hanya sebatas ingin
pulang lebih awal saja, tak ada yang lain. Untuk kemudian mengendarai motor matic
berwarna hijau muda itu perlahanan di sepanjang perjalanan pulang, kami bicara
tentang banyak hal. Meski semua obrolannya tak spesifik, tapi sepertinya kami
senang-senang saja. Hingga akhirnya kawan yang ini mengingatkan sebuah
percakapan singkat di pagi yang tadi, bahwa hari ini dia ingin membeli belut.
Berjalan perlahan, dan penjual belut pinggir jalan itu kami
temukan. Saat itu, dia tengah melayani seorang pembeli yang lain: seorang
tentara paruh baya berpangkat sersan kepala. Tentara yang saya lupa namanya ini membeli 2 kilogram belut yang sudah
dibersihkan dan 1 ekor ikan gabus sebesar lengan dewasa yang masih dibiarkan
hidup dalam plastik transparan. Semua barang beliannya itu dipisahkan dalam
dua kantong plastik yang berbeda. Satu kantong plastik berisi 1 kg belut dan
ikan gabus, sedang satu kantong plastik lagi berisi hanya 1 kg belut saja. Begitu
permintaan dari Sersan itu. Dan diikuti dengan keramahan yang luar biasa dari
penjualnya. Ah, senang sekali saya melihatnya. :)
Dan kawan yang ini juga tak mau ketinggalan. Menanyakan harga,
dan dengan tangkas katakan bahwa dia memesan setengah kilo saja. Pesankan untuk sekalian
dibersihkan dulu, akhirnya penjual itu bergerak sigap beraksi dengan kain lap, ember dan
guntingnya. Menunggu dan memperhatikan sekitar, juga dua orang anak yang terlihat berjalan di kejauhan ke arah kami di pinggir jalan ini, sesegeranya saya
mengeluarkan kamera dari dalam tas yang tergeletak di atas jok motor. Dan saya pikir memotret kedua anak yang
berjalan di pematang sawah kaki bukit itu adalah ide yang bagus. Ah, sebenarnya
saya hanya sedang membayangkan saya dan
seorang kawan kecil saya dulu yang tengah berjalan di suasana yang lebih-kurang
mirip seperti ini. Meski sepertinya pemandangan di kampung kami sedikit lebih dramatis
dari tempat ini. :)
Dan tepat saja ternyata. Keduanya menghampiri kami. Mungkin lebih
tepatnya menghampiri pedagang belut ini. Dan di selanya itu, kami berempat memulai beberapa
dialog singkat. Mereka malu-malu, kami senyum-senyum. Pedagangnya bergerak di antara deru kendaraan-kendaraan yang lewat.
Saya unggahkan beberapa foto kedua anak itu di laman fb milik saya. Harapannya,
nanti di satu hari yang lain, mereka akan mendatangi saya lagi untuk menyambung
obrolan kami yang malu-malu kemarin.
Bandung, 20 Juli 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar