![]() |
Foto timer di atas pasirnya yang lembab. Ah, Pantai Selatan. |
Ah, saya cuma sedang teringat
salah satu perjalanan tersakral yang pernah saya jalani dulu. Sekarang ingin
berbagi, silahkan membaca.
***
Roman Cijeruk - Cipunaga
Suatu perjalanan pendek yang tak
genaplah 3 hari kau selesaikan.
Berjalan menyisiri bibir-bibir
Pantai Selatan yang agung.
Bahkan terlalu memukau untuk
diangkat jadi sebuah seri cerita perjalanan serba terbatas.
Batasan waktu, kekuatan, dan
jarak pandang mata.
Tapi kumpulkan niat, kau
beranilah mengadu dengannya.
Melihat sejenak, merenunglah
yang lama.
Saat gontaian langkah terhenti
di satu persinggahan yang sepi.
Sendiri kau bukalah sedikit
perbekalan dari tasmu teman setia.
Di atas pasir-pasir ini kau
mulailah meracik sedikit makanan, berbumbu letih, dan seteguk air yang
melegakan.
Lalu berkontemplasilah jauh ke
guraian Ombak Selatan dan langit biru seterang jutaan watt.
Juga harmoni daun-daun
bakau ditiup angin pantai yang khas sekali.
Diam pejamkan mata, sampai
kontemplasimu menembus batasan langit.
Pecahan pasang-surut laut sin
matahari siang yang terlalu menyengat memaksamu melonggarkan semangat.
Kali ini jauh kaki melangkah
terhenti juga di suatu perkampungan nelayan.
Yang sebenarnya sama sekali
bukan tujuanmu dari kemarin-kemarin.
Tapi putusanmu bermalam di sini
sudah bulat.
Mencoba berbaur menyelami
kehidupan para punggawa-punggawa pantai paling setia.
Bukanlah ingin berwisata, tapi
coba bersatu dengan semua.
Wahai kau murid dadakan Laut Selatan!
Perjalananmu ini masihlah jauh
dari tujuan.
Masih menuntut jiwamu belajar
lagi, belajar lebih banyak lagi.
Pada goyangan dedaunan bakau
yang menari tak peduli siang-malam.
Pada hempasan air pasang pembawa
hikmah.
Pada tiap nyala petromak tengah
lautan saat malam-malam terpanjang datang tanpa diundang.
Cipunaga, tengah 2009
Cikarang, 22 Januari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar