Senin, 06 Januari 2014

Di Pojok Sore (5)

Langit sore Jababeka dari gerbang Dexa Site Cikarang
Hari sudah sore kali ini. Menenteng sebuah tas ransel penuh berisi segala macam peralatan dan perlengkapan tiga hari ini, menuju baris pagar hitam-putih di belakang sana. Tujuannya tak terlalu pasti. Sekedar menunggu beberapa kawan yang entah siapa saja yang akan datang. Dan setibanya, saya pesan satu gelas kopi luwak ke si penjaja dagangan yang bertopi gelap itu. Sigap bergerak, disediakannya kini segelas kopi beraroma khas di gelas plastik bening itu. Saya terima. Tak lupa saya ucapkan terima kasih sedalam-dalam, dia beranjak lagi, meninggalkan.

Pikiran saya melayang, lalu. Sekedar membaca ulang beberapa pesan singkat dan obrolan kawan-kawan lama terbaik yang asik benar di sebuah akun sosial-media itu. Tertawa-tawa sendiri, saya tutuplah kini. Juga berganti, melayang menuju seorang kakak yang manis di Kota Kembang di timur sana. Bertanya sendiri kiranya dia sedang apa sekarang, nyatanya saya tak pernah tahu pasti. Mungkin saja dia sedang sedih kini, mungkin juga sedang berusaha gembira seperti biasa, atau mungkin sedang biasa saja. Meski tak kunjung juga memutuskan untuk sekedar mengirimkannya sebuah pesan singkat, untuk sekedar bertanya dia sedang apa, atau apapun. Tapi entahlah. Hingga akhirnya sore yang ini pun habis, saya tetap diam saja di situ. Saya berpikir, mungkin itu memang bukan gaya saya saja. Di sini saya hanya menghibur diri, semoganya dia akan mengerti bahwa dia selalu ada di dalam ingatan saya, tak pernah terlewat. Meski mungkin, kadang dia meragukan itu, :). Dan bila benar begitu, bahwa dia ragu, maka sebenarnya dia tengah keliru.

Nama saya Guntur Berlian. Saya adalah seorang adik kecil bagi seorang gadis manis yang penggembira itu. Sebesar-besarnya saya dipandang oleh semua kenalan, maka sebenarnya saya hanyalah seorang adik kecil baginya. Begitu juga, sekecil-kecilnya dia di mata siapapun, sebenarnya dia adalah seorang kakak yang selalu saya pandang agung. Meski mungkin hal ini tak akan sepenuhnya dimengerti olehnya, begitu juga oleh yang lain, tapi saya pikir kami tak akan khawatir. Kami akan selalu saling menjaga seperti biasa, meski mungkin jauh, bukan masalah. Karena dia akan selalu merasa bahagia, sesederhana tatapan tak sabar kami dulu saat menunggu ibu pulang ke rumah kami lepas mengajar seharian. Ya. tepat seperti hari-hari itu, seperti hari-hari kami yang biasa.

Selamat sore, Uwo! Kisskiss. ;)

Didedikasikan untuk Liska Berlian, dan sedikit kegundahan yang mungkin sedang menghampirinya di beberapa waktu terakhir, tapi saya tahu dia tak akan terlalu khawatir. ;)
Cikarang, 6 Januari 2014

1 komentar:

  1. Oww, my tears falled. :). Tight hug for You, My Dearest Brother,,, :*

    BalasHapus