Salah satu tembakan dari kawan tersebut, Noni Belande lagi ketawa, seger bener. :) Bagus ya. |
Baru saja, membaca status dari seorang kawan di akun sosial-media miliknya. Isinya
kira-kira begini: “Ada suatu ketika, di
tengah bencana, saya memutuskan untuk menyimpan sementara kamera saya di bagian
terdalam lemari. Sampai saya menemukan lagi tujuan menyandangnya.” Saya jadi
ketawa sendiri. Yang meski tak terlalu mirip dalam konteks, tapi saya
jadi teringat kejadian di kisaran sebulan yang lewat, saat bersama seorang
kawan yang lain, kami bertamasya ke gugus Kepulauan Seribu di utara sana.
***
Siang menjelang sore itu kami tengah berjalan berdua di
sebuah pulau kecil, kalau tak salah ingat, namanya adalah Pulau Bira. Penghuni
pulaunya tak banyak, hanya beberapa saja yang berhasil kami temui di perjalanan itu. Dengan
menenteng kamera yang tergantung di depan dada masing-masing, berdua kami berjalan pelan berburu gambar-gambar yang kiranya
akan jadi menarik bila diabadikan di kamera-kamera itu. Kami mulailah dengan
berjalan di sepanjang bibir pantainya, hingga beranjak masuk sedikit dalam, menuju jalanan setapaknya yang lebih sepi. Bertemu dengan beberapa wisatawan lain dan sivitas
asli pulau ini, kami menembak gambar beberapa kali. Diselingi gurau yang kental
dan tawa-tawa terpanjang, saya bahagia sekali waktu itu. Sesekali saling
memperlihatkan hasil tembakan masing-masing, kami saling berkomentar, apapun.
Saya sampaikan berulang kali kepada kawan tersebut, bahwa
saya kagum dengan hasil-hasil tembakannya. Saya pikir tembakannya bagus-bagus,
jauh lebih bagus dari hasil tembakan saya pastinya - ya, saya sepenuhnya sadar dengan hal
tersebut, ahahahaa. Saya komentari: “Wah
bagus!”, “Yang ini juga sama!”, “lensamu jauh lebih baik dari yang saya punya!”,
“hah, mungkin saya harus belajar banyak
mengenai sudut tembakan ya?”, dan lain-lain. Kawan tersebut juga beberapa
kali berkomentar, tapi ada satu komentar yang paling saya ingat. Saya benar-benar
ingat. Kira-kira ucapannya begini: “Salah
satu yang terpenting adalah menemukan moment. Kamu tadi terlalu banyak tertawa dan melewatkannya. Konsentrasimu
untuk menemukan moment-moment itu tak cukup.”. Saya terdiam mendengar penggal kalimat itu. Dalam hati saya berujar sendiri bahwa saya sangat tak sepakat dengan kalimatnya
yang itu. Tapi saya lebih memilih diam saja waktu itu, tertawa lagi,
melanjutkan lagi perburuan gambarnya. Tapi jangan salah paham, saya sama sekali tak
menilai kalimatnya tersebut adalah salah. Tidak. Tapi untuk konteks saya, saya tak sepakat, itu saja.
:)
***
Kamu tahu, bahwa saya datang untuk melihat dan menyadari apa
yang saya pikir baik. Sama seperti penggal obrolan kami tadi. Saya sebenarnya
tak terlalu peduli apakah hasil tembakan saya bagus atau tidak. Saya tak terlalu
berkenan dengan serius mencari-cari moment terbaik untuk menghasilkan gambar terbaik, karena
benar-benar saya datang bukan untuk itu. Bila nyatanya moment tembakan saya
tepat, maka yakinlah itu sebenarnya hanya sebuah kebetulan saja. Tak akan pernah lebih
dari itu. :D Karena saya tak banyak dipusingkan pada pembagian hasil-hasil, saya hanya
tertarik untuk tertawa di antaranya. Kalau kamu ingin tahu, sebenarnya hanya itu tujuan saya.
Cikarang, 5 Februari 2014
Foto oleh Yori Lingga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar