Ini, cerita yang ditulis oleh seorang kawan, Tentang rentetan peristiwa hari itu dan bergiat mencari hikmah-hikmah di sekitarnya. Silahkan membaca. ;)
***
Malam minggu 01 Juni 2013, seperti biasa selepas
maghrib ada jadwal sharing ilmu kehidupan dan belajar berbahasa inggris.
Ada yang tidak biasa pada siang dan menjelang sore harinya, setelah paginya dihabiskan
dengan berolahraga joging dan bermain futsal, dilanjutkan dengan job dari istri
untuk cuci karpet rumah dan selepas itu ada amanah yang harus saya sampaikan
segera, yaitu amanah uang sedekah dari teman untuk pembangunan asrama putri di
pesantren. Setelah bersihkan badan segera pergi ke ATM dan belanja 32 zak semen
sesuai permintaan sang Donatur. Di sela-sela transaksi saya berbicang dulu dengan
pemilik toko dengan harapan bisa dapat discount atau dapat harga yang bagus.
Alhmd....dapat discount juga Rp. 16.000,-. Dari material bergegas langsung ke
area pesantren....di sana ternyata sudah ramai anak-anak dan pengasuh pesantern
menyambut......tatapan optimis dan kebahagian mereka terpancar jelas. Sang
Ustad langsung memanggil anak-anak santri untuk berkumpul di salah satu sudut area
tersebut...." Anak-anak.... Ini pak Asep membawa sebagian kecil impian kalian..mari
berdo`a bersama untuk kebaikan dan amal sedekah dari temannya pak Asep
ini"....Dalam hati saya berbicara....Indah dan ni`mat sekali susana sore
itu.
Setelah sampai di rumah, istriku tercinta berkata..." pak....malam ini mengajar ya..?" Saya tidak langsung menjawab, karena aktivitas ini sudah berjalan cukup lama dan dia tahu itu. Tetapi akhirnya saya jawab juga.."Ya, bu"....pertanyaan dari istriku itu menyembunyikan sesuatu, saya tahu itu. "Memangnya kenapa bu?" saya bertanya lagi...dan ternyata malam itu dia ingin saya libur mengajar dulu dan menghabiskan malam bersama keluarga (Istri sdg berbadan dua-Red). Sempat "STOP" terdiam beberapa detik dan berfikir langkah apa yang saya harus ambil. Saat itu pk. 16.00 "Ok bu, gimana kalau sekarang kita siap2 untuk jalan dan berbelanja kebutuhan keluarga untuk sebulan dan pulang sebelum waktu Isya (19.00)". Istriku pun setuju dan kita jalan-jalan sore itu sampai malam, dia dan anak-anak terlihat bahagia. Di sela-sela berbelanja saya telpon pihak pesantren kalau jadwal mundur menjadi selepas Isya atau pk.19.30. Saya berfikir nggak apa-apa jadwal mundur satu jam tetapi dua kepentingan bisa saya laksanakan.
Malam pun tiba, sampai di rumah sekitar pk. 18.55, "alhamdulillah" dalam hati ku bertutur.."masih ada waktu untuk siap-siap pergi mengajar". pk. 19.15 dua anak laki-laki perwakilan santri menjemput (memang seperti itu setiap malam minggu, mereka menjemput). "walaikumsalaam jawab ku, tunggu di kelas saja ya....19.30 saya menyusul". Setelah anak santri pergi, saya bersegara ambil bahan dan alat/media mengajar, tidak lupa saya bawa EPSON S110 LCD projector. Tidak lupa pula pamit sama istri untuk mengajar sampai pk. 22.00 WIB.
Setelah sampai di rumah, istriku tercinta berkata..." pak....malam ini mengajar ya..?" Saya tidak langsung menjawab, karena aktivitas ini sudah berjalan cukup lama dan dia tahu itu. Tetapi akhirnya saya jawab juga.."Ya, bu"....pertanyaan dari istriku itu menyembunyikan sesuatu, saya tahu itu. "Memangnya kenapa bu?" saya bertanya lagi...dan ternyata malam itu dia ingin saya libur mengajar dulu dan menghabiskan malam bersama keluarga (Istri sdg berbadan dua-Red). Sempat "STOP" terdiam beberapa detik dan berfikir langkah apa yang saya harus ambil. Saat itu pk. 16.00 "Ok bu, gimana kalau sekarang kita siap2 untuk jalan dan berbelanja kebutuhan keluarga untuk sebulan dan pulang sebelum waktu Isya (19.00)". Istriku pun setuju dan kita jalan-jalan sore itu sampai malam, dia dan anak-anak terlihat bahagia. Di sela-sela berbelanja saya telpon pihak pesantren kalau jadwal mundur menjadi selepas Isya atau pk.19.30. Saya berfikir nggak apa-apa jadwal mundur satu jam tetapi dua kepentingan bisa saya laksanakan.
Malam pun tiba, sampai di rumah sekitar pk. 18.55, "alhamdulillah" dalam hati ku bertutur.."masih ada waktu untuk siap-siap pergi mengajar". pk. 19.15 dua anak laki-laki perwakilan santri menjemput (memang seperti itu setiap malam minggu, mereka menjemput). "walaikumsalaam jawab ku, tunggu di kelas saja ya....19.30 saya menyusul". Setelah anak santri pergi, saya bersegara ambil bahan dan alat/media mengajar, tidak lupa saya bawa EPSON S110 LCD projector. Tidak lupa pula pamit sama istri untuk mengajar sampai pk. 22.00 WIB.
Sesampainya di halaman pesantren, saya dihampiri oleh semua santri dan mereka mengucapkan "salam" mencium tangan saya, dalam hati saya berkata "anak-anak berlebihan, belum pantas diri ini diperlakukan seperti itu". Mereka terlihat pada semangat dan tersenyum lebar, padahal saya tahu kegiatan pesantren sebelumnya banyak dan padat.
Tanpa menunggu lama kelaspun dimulai, "Anak-anak...saya minggu lalu memberi tugas membaca" kataku, Anak-anak menjawab "ya pak, kami sudah membacanya"...."very good" kata ku. Memang seminggu sebelumnya saya bawa dua buah buku (pinjam dari club baca di kantor kami-Red) sebagai
tugas membaca. Buku yang pertama adalah bertemakan "keajaiban air mata" (tugas santri laki-laki) dan buku kedua adalah bertemakan "SENYUM" tugas santri perempuan). "Ok...selagi saya mempersiapkan laptop, proyektor dan speaker aktif, silahkan satu orang perwakilan masing-masing untuk maju ke depan dan bercerita tentang isi bukunya".
Uum langsung angkat tangan..."saya pak", "boleh silahkan"
kataku. "ayo...siapa wakil lai-lakinya?.." "Saya pak
Asep"...ternyata itu Dollar, ini nama sebenarnya. Orang tuanya adalah TKI
bertahun-tahun di Saudi Arabia dan memang sering membawa uang dollar. Dolar ini
sangat serius dalam belajar tapi juga humoris, prestasi menghapal Al-Qur`an nya
juga paling menonjol, sudah 7 juz dia hapal.
Saya perhatikan Uum bercerita cukup lancar, sedikit gugup tetapi ucapannya mengalir hal-hal tentang "senyum", yang saya takjub adalah untaian kata penutupnya, dia lakukan closing dengan " Dunia dengan senyum tidak akan ada penindasan, kekerasan bahkan peperangan". Sebentar saya tertegun...."alhmd Uum sudah bisa mengerti isi buku"..sy berujar dalam hati.
Lain halnya dengan Dollar, dengan menggebu2 dan suara lantang dia mengawali dengan berbicara seperti ini. "Kawan-kawan ijinkan saya berbicara bagaimana memelihara kesehatan mata kita"......"beng..!!!" saya dibuat kaget, "ada apa dengan Dollar, ko` nggak nyambung dengan inti bahasan bukunya" dalam hati saya berbicara. Saya nggak interupsi dia, saya biarkan dia sampai selesai. Tapi uniknya selama Dollar berbicara kita dibuat tertawa terus menerus, para santri tertawa lepas......dalam hatiku berkata "apakah Dollar tidak membaca dan tidak faham?". "Ok applause buat mereka berdua..!!" tepuk tanganpun riuh mengisi ruangan kelas.
Dari kejadian itu saya jadi bisa mengukur kapasitas dan kemampuan mereka, bahkan saya yakin tidak semua anak-anak membaca buku yang saya tugaskan, tetapi tidak mengapa, tidak ada rasa kecewa ataupun marah. Saya tidakingin tahu siapa yang membaca dan siapa yang tidak, yang jelas saya hanya bisa menunjukkan kepada mereka ini contoh santri yang mau membaca dan ini yang tidak membaca.
Tetap semangat ya nak...!
Saya perhatikan Uum bercerita cukup lancar, sedikit gugup tetapi ucapannya mengalir hal-hal tentang "senyum", yang saya takjub adalah untaian kata penutupnya, dia lakukan closing dengan " Dunia dengan senyum tidak akan ada penindasan, kekerasan bahkan peperangan". Sebentar saya tertegun...."alhmd Uum sudah bisa mengerti isi buku"..sy berujar dalam hati.
Lain halnya dengan Dollar, dengan menggebu2 dan suara lantang dia mengawali dengan berbicara seperti ini. "Kawan-kawan ijinkan saya berbicara bagaimana memelihara kesehatan mata kita"......"beng..!!!" saya dibuat kaget, "ada apa dengan Dollar, ko` nggak nyambung dengan inti bahasan bukunya" dalam hati saya berbicara. Saya nggak interupsi dia, saya biarkan dia sampai selesai. Tapi uniknya selama Dollar berbicara kita dibuat tertawa terus menerus, para santri tertawa lepas......dalam hatiku berkata "apakah Dollar tidak membaca dan tidak faham?". "Ok applause buat mereka berdua..!!" tepuk tanganpun riuh mengisi ruangan kelas.
Dari kejadian itu saya jadi bisa mengukur kapasitas dan kemampuan mereka, bahkan saya yakin tidak semua anak-anak membaca buku yang saya tugaskan, tetapi tidak mengapa, tidak ada rasa kecewa ataupun marah. Saya tidakingin tahu siapa yang membaca dan siapa yang tidak, yang jelas saya hanya bisa menunjukkan kepada mereka ini contoh santri yang mau membaca dan ini yang tidak membaca.
Tetap semangat ya nak...!
Ditulis oleh: Asep Aripin.
Kalo di kaca mata saya sih mungkin bukan tentang siapa yang membaca atau tidak, Kang. Tapi pendekatan belajar dan berekspresi yang berbeda dari Uum dan Dollar. Semuanya bagus.
BalasHapusTapi memang, di satu cerita yang sama pun, hikmah yang didapat oleh setiap orang bisa berbeda. Tidak masalah. Sama saja. :)