“Panganten anyar, diuk
ngarendeng. Meunang dangdan, direnceng-renceng. Enggeus biasa da ilaharna, pada
ngagonjak ku sarerea.
Dina poe harita, manehna
keur bahagia. Tepak-toel geugeut pisan, dunya asa nu duaan.”
(*terjemahan bebas)
“Pengantin baru, duduk
bersebelahan. Setelah berdandan, cantik-tampan sebegitu rupa. Yang lain bercanda
menggoda, itu biasa.
Dan di hari itu, mereka
bahagia. Saling bercanda dalam kasih, rasanya dunia ini milik mereka.”
Mendengarkan lagu yang
dipopulerkan oleh seniman sunda (Alm.) Darso berjudul Panganten Anyar ini seolah
mengajak kita melihat bentuk rasa senang dari kacamata yang lebih luas. Di
saat seseorang tengah menikmati rasa bahagia yang sederhana dan berhasil
menularkan rasa itu kepada yang lain dalam definisi bahagia yang berbeda. Benar suatu
rasa yang hebat dan menguniversal. Dan meski dengan ungkapan-ungkapan dari bahasa keseharian yang umum dan
aliran nada yang ramai, Darso malah sangat berhasil membawa kesan-kesan puitis
yang kental. Melahirkan banyak emosi yang dapat dengan mudah dirasakan oleh siapapun,
membawa semua tenggelam dalam rasa senang yang meluap-luap.
***
Saya jadi berpikir, akan
sangat sempurna bila di acara pernikahan saya nanti, ada seorang kawan yang
menyanyikan lagu ini, dan itu akan jadi sangat menyenangkan. Ikut berbahagia, ikut
merasakan apa yang (mungkin) saya rasakan waktu itu, berbaur dalam suasana yang sama, meski bentuk yang berbeda, tapi tetap sama gembira. :)
Terinspirasi oleh pernikahan adik
seorang kawan yang sedang berlangsung saat ini. Sayang saya tak bisa datang, tapi
semoga doa dan pikiran saya saja sudah cukup.
Selamat bergembira, Ki.
Selamat bergembira, Ki.
Cikarang, 6 Juni 2013
Wah terimakasih bos udah kasih arti.. saya suka nyanyi lagu ini tpi gk paham arti nya.. wah maksih sangat ini bos akhirnya ngerti juga artinya geheeh
BalasHapus