Sabtu, 20 Juli 2013

Ngabuburit

Sore ini, setelah habiskan waktu hampir satu jam mencuci sprei juga album Greatest Hits dari LimpBizkit yang seolah tak pernah cape berteriak. Saya berpikir, “sekarang mandi sore biar segar, terus ngabuburit”. Terdengar seperti rencana  yang bagus. Saya mandi, sambil nyanyi. Kalau tidak salah tadi lagu Padi, tapi lupa yang mana. :D

16.55. Saya berangkat dari kosan, jalan kaki. Keluar ngabuburit, menikmati suasana sore sebelum waktu berbuka puasa tiba. Berjalan mengelilingi jalan raya Kedasih-Kasuari, sampai lengkap. Di sepanjangnya melihat banyak orang sedang ngabuburit juga. Mereka belanja jajanan pinggir jalan ini, pilih-pilih, mana yang suka. Sedang saya belum belanja. Hanya tengah asyik melihat saja, sambil berjalan pelan, biar jalan ini tak cepat selesai. Saya coba merekam apa saja. Hingga akhirnya, secara tak sengaja, saya memperhatikan beberapa ibu-ibu, bapak-bapak, anak-anak, meminta-minta.

Rasanya saya sudah hafal wajah-wajah para peminta-minta yang biasa ada di sepanjang jalan raya ini. Sebut itu yang duduk di emperan toko, atau yang berjalan, beroperasi lebih lincah. Ibu-ibu, bapak-bapak, anak-anak. Atau bahkan rasanya saya hafal beberapa nama mereka, mungkin sekitar seperempatnya. Tapi sore ini, Ramadhan ini, sedikit berbeda. Saya banyak bertemu dengan wajah-wajah baru. Saya tahu. Mereka tak biasa ada di sini. Saya catat tak kurang dari 14 ibu-ibu baru, 3 orang bapak-bapak baru, 8 anak-anak laki-perempuan baru. Sedang yang sudah biasa ada di sini juga tetap ada. Sebagian tetap ada di emperan toko tertentu, sebagian tetap lincah seperti biasa.

Setelah membeli 4 potong gorengan di dalam kantong plastik putih, saya duduk sendiri di bawah pohon palem besar di taman pemisah jalan, melanjutkan melihat keramaian yang aktif bergerak. Tak lama berselang, seorang ibu-ibu peminta-minta hampiri saya. Dengan daster sederhana dan kain batik itu dia buka bicara:

Ibu : "Aa minta a. Buat buka a. Kasihan."
Saya : (diam melihat ke arah matanya, yang sayup, sedikit lebih lama).
Ibu : (lebih mendekat) "Kasihan a. Buat buka."
Saya : "Sini, Bu, duduk dulu. Saya punya gorengan empat."
Ibu : (duduk di atas lututnya sambil terus mendekatkan kantong permennya).
Saya : "Ibu dari mana? Saya jarang lihat ibu di sini."
Ibu : (Sedikit kaget, bergegas pergi)

Rasanya sekitar 5 menit, saya tetap duduk di situ. Melihat jauh ke arah Ibu peminta-minta yang tadi hilang ditelan keramaian yang lalu-lalang. Hingga lalu saya putuskan berjalan lagi. Ke arah pulang. Berhenti sebentar di warung kelontong kecil tempat saya biasa membeli atau berhutang rokok batangan. Mengobrol sebentar, lalu pergi lagi ke seberang. Pesan ketupat betawi ke Ibu-ibu penjualnya. Dengan wajah dan pembawaan yang ramah dan tenang, umur 40-an, kerudung putih, dia bertanya: “A, tadi ada yang nanya nyari kos-kosan di daerah sini yang ga terlalu mahal dimana?”. Saya tersenyum. :)
Cikarang, 20 Juli 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar