Sore ini, setelah
habiskan waktu hampir satu jam mencuci sprei juga album Greatest Hits dari
LimpBizkit yang seolah tak pernah cape berteriak. Saya berpikir, “sekarang
mandi sore biar segar, terus ngabuburit”. Terdengar seperti rencana yang bagus. Saya mandi, sambil nyanyi. Kalau tidak
salah tadi lagu Padi, tapi lupa yang mana. :D
16.55. Saya berangkat
dari kosan, jalan kaki. Keluar ngabuburit, menikmati suasana sore sebelum
waktu berbuka puasa tiba. Berjalan mengelilingi jalan raya Kedasih-Kasuari,
sampai lengkap. Di sepanjangnya melihat banyak orang sedang ngabuburit juga. Mereka
belanja jajanan pinggir jalan ini, pilih-pilih, mana yang suka. Sedang saya belum
belanja. Hanya tengah asyik melihat saja, sambil berjalan pelan, biar jalan ini
tak cepat selesai. Saya coba merekam apa saja. Hingga akhirnya, secara tak
sengaja, saya memperhatikan beberapa ibu-ibu, bapak-bapak, anak-anak, meminta-minta.
Rasanya saya sudah hafal
wajah-wajah para peminta-minta yang biasa ada di sepanjang jalan raya ini. Sebut
itu yang duduk di emperan toko, atau yang berjalan, beroperasi lebih lincah. Ibu-ibu,
bapak-bapak, anak-anak. Atau bahkan rasanya saya hafal beberapa nama
mereka, mungkin sekitar seperempatnya. Tapi sore ini, Ramadhan ini, sedikit
berbeda. Saya banyak bertemu dengan wajah-wajah baru. Saya tahu. Mereka tak
biasa ada di sini. Saya catat tak kurang dari 14 ibu-ibu baru, 3 orang bapak-bapak
baru, 8 anak-anak laki-perempuan baru. Sedang yang sudah biasa ada di sini juga
tetap ada. Sebagian tetap ada di emperan toko tertentu, sebagian tetap lincah
seperti biasa.
Setelah membeli 4 potong
gorengan di dalam kantong plastik putih, saya duduk sendiri di bawah pohon
palem besar di taman pemisah jalan, melanjutkan melihat keramaian yang aktif
bergerak. Tak lama berselang, seorang ibu-ibu peminta-minta hampiri saya. Dengan
daster sederhana dan kain batik itu dia buka bicara:
Ibu : "Aa minta a. Buat
buka a. Kasihan."
Saya : (diam melihat ke
arah matanya, yang sayup, sedikit lebih lama).
Ibu : (lebih mendekat) "Kasihan a. Buat buka."
Saya : "Sini, Bu, duduk
dulu. Saya punya gorengan empat."
Ibu : (duduk di atas
lututnya sambil terus mendekatkan kantong permennya).
Saya : "Ibu dari mana?
Saya jarang lihat ibu di sini."
Ibu : (Sedikit kaget, bergegas pergi)
Rasanya sekitar 5 menit,
saya tetap duduk di situ. Melihat jauh ke arah Ibu peminta-minta yang tadi
hilang ditelan keramaian yang lalu-lalang. Hingga lalu saya putuskan berjalan lagi. Ke arah
pulang. Berhenti sebentar di warung kelontong kecil tempat saya biasa membeli
atau berhutang rokok batangan. Mengobrol sebentar, lalu pergi lagi ke seberang.
Pesan ketupat betawi ke Ibu-ibu penjualnya. Dengan wajah dan pembawaan yang ramah
dan tenang, umur 40-an, kerudung putih, dia bertanya: “A, tadi ada yang nanya
nyari kos-kosan di daerah sini yang ga terlalu mahal dimana?”. Saya tersenyum.
:)
Cikarang, 20 Juli 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar