Minggu, 28 Juli 2013

Sirsak dan Cerita Kami

Sekarang duduk di hadapan semangkok es sirsak yang tadi dibeli untuk berbuka puasa sore menjelang magrib ini. Sambil menunggu  adzan yang rasanya datang cepat sekali. Ingatan saya melayang, kembali ke belasan tahun yang lewat:

Saat itu saya masih duduk di sekolah dasar, namanya SD Negeri 41 Curup-Bengkulu. Entah apa nama SD ini sekarang, karena beberapa tahun terakhir ini banyak pemekaran daerah yang dilakukan, dan nama-nama sekolah pun jadi berubah. Sekolah kami ini terdiri dari 9 bangunan kelas ditambah ruang guru-kepala sekolah, juga sebuah perpustakaan sempit. Semua bangunan terbagi menjadi tiga blok utama yang menghadap ke lapangan utama sekolah, juga taman-taman di depan masing-masing kelas berukuran kisaran 3x3 meter. Setiap hari jumat, selepas acara senam pagi, murid-murid akan membersihkan taman kelasnya masing-masing, ditemani wali kelasnya masing-masing. Saya masih sangat ingat, sebagian besar dari kami sangat menyukai kegiatan ini.

Di salah satu sudut blok sekolah yang menghadap ke arah timur, itu kelas saya. Kalau tidak salah waktu itu saya duduk di kelas 6. Di taman depan kelas kami, banyak tumbuh bermacam tanaman cantik. Yang paling menonjol adalah rimbunan bougenvil beraneka warna: ungu, putih, merah, membentuk taman sederhana yang menarik. Beberapa tumbuhan lain seperti cocor bebek, kumis kucing, dan sebagainya juga ada di sana. Di sana juga tumbuh sebuah batang sirsak besar –sebagian orang di kampung kami menyebut buah ini dengan sebutan “Nangko Belando”, atau bila dibahasa-Indonesiakan menjadi “Nangka Belanda”, saya tak terlalu mengerti mengapa mereka menyebutnya demikian. Pohon sirsak kami ini rajin sekali berbuah, dan buahnya juga banyak, dan besar-besar. Bila ada buah sirsak yang mulai matang, saya dan kawan-kawan akan lebih berhati-hati mengawasi hari-ke-hari. Hingga saatnya tiba, dan buah sirsak tersebut matang, saya dan kawan-kawan akan membuat janji untuk berkumpul sepulang sekolah.

Siang itu lonceng dari tembaga milik sekolah berdentang pertanda waktu pulang sudah tiba. Salah satu dari kami akan memanjat pohon sirsak tersebut dan memetik buahnya yang matang. Setelah dimasukkan ke dalam tas, kami berjalan pulang. Sebenarnya kami tak akan langsung pulang. Di satu jalan, kami akan berbelok ke kiri, masuk ke lingkungan kompleks tentara Yonif 144 Jaya Yudha. Di sana memang tempat kami biasa bermain sepulang sekolah. Kadang cuma sekedar untuk melihat tentara yang berlatih fisik, atau kami ikut mencoba juga, atau kadang cuma lewat saja biar perjalanan pulang menjadi sedikit lebih lama, seperti saat itu. Di dekat rimbunan semak dan lapangan bola ini, kami semua duduk bersila, sebagian tidur-tiduran, bebas saja. Sirsak dikeluarkan. Kami mulai berbagi. Menikmati sirsak tadi yang bercampur rumput lapangan yang hijau. Di bawah terik matahari dan sepoi angin kami bercanda, berbagi senang dan cerita. Berkomentar apa saja, mulai dari pelajaran sekolah yang membosankan hingga manisnya rasa sirsak segar ini, atau janji bertemu lagi selepas pulang ke rumah untuk memulai cerita yang lain.

Cikarang, 28 Juli 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar