Sekarang duduk di hadapan
semangkok es sirsak yang tadi dibeli untuk berbuka puasa sore menjelang magrib
ini. Sambil menunggu adzan yang rasanya datang
cepat sekali. Ingatan saya melayang, kembali ke belasan tahun yang lewat:
Saat itu saya masih duduk
di sekolah dasar, namanya SD Negeri 41 Curup-Bengkulu. Entah apa nama SD
ini sekarang, karena beberapa tahun terakhir ini banyak pemekaran daerah yang
dilakukan, dan nama-nama sekolah pun jadi berubah. Sekolah kami ini terdiri
dari 9 bangunan kelas ditambah ruang guru-kepala sekolah, juga sebuah perpustakaan sempit. Semua bangunan terbagi menjadi tiga blok utama yang menghadap ke
lapangan utama sekolah, juga taman-taman di depan masing-masing kelas berukuran
kisaran 3x3 meter. Setiap hari jumat, selepas acara senam pagi, murid-murid akan
membersihkan taman kelasnya masing-masing, ditemani wali kelasnya
masing-masing. Saya masih sangat ingat, sebagian besar dari kami sangat menyukai kegiatan ini.
Di salah satu sudut blok sekolah
yang menghadap ke arah timur, itu kelas saya. Kalau tidak salah waktu itu saya duduk
di kelas 6. Di taman depan kelas kami, banyak tumbuh bermacam tanaman cantik. Yang
paling menonjol adalah rimbunan bougenvil beraneka warna: ungu, putih, merah,
membentuk taman sederhana yang menarik. Beberapa tumbuhan lain seperti cocor
bebek, kumis kucing, dan sebagainya juga ada di sana. Di sana juga tumbuh
sebuah batang sirsak besar –sebagian orang di kampung kami menyebut buah ini
dengan sebutan “Nangko Belando”, atau bila dibahasa-Indonesiakan menjadi “Nangka
Belanda”, saya tak terlalu mengerti mengapa mereka menyebutnya demikian. Pohon
sirsak kami ini rajin sekali berbuah, dan buahnya juga banyak, dan besar-besar.
Bila ada buah sirsak yang mulai matang, saya dan kawan-kawan akan lebih berhati-hati
mengawasi hari-ke-hari. Hingga saatnya tiba, dan buah sirsak tersebut matang, saya dan
kawan-kawan akan membuat janji untuk berkumpul sepulang sekolah.
Siang itu lonceng dari
tembaga milik sekolah berdentang pertanda waktu pulang sudah tiba. Salah satu
dari kami akan memanjat pohon sirsak tersebut dan memetik buahnya yang matang. Setelah
dimasukkan ke dalam tas, kami berjalan pulang. Sebenarnya kami tak akan langsung
pulang. Di satu jalan, kami akan berbelok ke kiri, masuk ke lingkungan kompleks
tentara Yonif 144 Jaya Yudha. Di sana memang tempat kami biasa bermain sepulang
sekolah. Kadang cuma sekedar untuk melihat tentara yang berlatih fisik, atau
kami ikut mencoba juga, atau kadang cuma lewat saja biar perjalanan pulang menjadi
sedikit lebih lama, seperti saat itu. Di dekat rimbunan semak dan lapangan bola
ini, kami semua duduk bersila, sebagian tidur-tiduran, bebas saja. Sirsak dikeluarkan.
Kami mulai berbagi. Menikmati sirsak tadi yang bercampur rumput lapangan yang
hijau. Di bawah terik matahari dan sepoi angin kami bercanda, berbagi senang
dan cerita. Berkomentar apa saja, mulai dari pelajaran sekolah yang membosankan
hingga manisnya rasa sirsak segar ini, atau janji bertemu lagi selepas pulang
ke rumah untuk memulai cerita yang lain.
Cikarang, 28 Juli 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar