Minggu, 21 Juli 2013

Langit Cerah

Siang ini melihat profile picture di jejaring sosial milik seorang kawan, berikut pula dengan beberapa komentar-komentarnya. Seorang kawan dengan kepribadian yang baik, dengan pengalaman yang menarik. Dan dia memang sudah keren dari mulanya, jadi tulisan kali ini tak akan membahas tentang dia. Dan yang ini, saya hanya semacam tertarik dengan komentar-komentar dari foto tersebut saja. Tanpa bermaksud menyerang siapapun, saya hanya akan mengungkapkan apa yang ada di dalam kepala saya saja.

Komentar1: Langitnya cerah banget dimana tuh?
Yo: Hahaha. Nyobain pake hp baru. Di Windsor itu. :D
Komentar1: Iya nih, pantesan kirain di Indo, mana bisa dapat yang begitu di sini kecuali di Papua.

Membacanya saya jadi ingin berkomentar sedikit. Dengan segenap hormat, saya hanya sedikit kurang sependapat dengan komentar1 tersebut saja. Ah, saya pikir tidak juga. Banyak sekali langit serupa itu di sini. Sama bagus, sama cerah, sama dramatis. Walau mungkin, itu semua juga relatif. Terlalu banyak perasaan yang akan terlibat, untuk bisa menyebutnya bagus, cerah, dramatis. Tapi saya pikir juga tak ada salahnya membuat sedikit penilaian ala pribadi, terutama para penikmat latar langit, siapapun. Bukan begitu? :)

Saya masih ingat betul dulu, di satu siang tahun 2007, tiba-tiba saya menerima pesan singkat dari seorang kawan. Isinya kurang lebih begini: “Hei Kutil, sekarang di tv ada acara si Bolang dari daerah Curup, Bengkulu. Cepetan nonton!” Bergegas saja saya menyalakan tv. Dan benar saja. Saya melihat satu tempat yang saya kenal betul. Juga bahasa yang anak-anak itu pakai saat berdialog dengan kawan sebayanya itu seolah melengkapi. Itu kampung saya! Saya senang sekali waktu itu. Saya tonton dengan seksama. Setelah selesai, saya menerima lagi pesan singkat dari kawan tersebut. “Langit yang super cerah, di atas bukit rumput hijau dan langit biru luar biasa”. Untuk kemudian saya membalas pesan tersebut, “Ya, saya tumbuh di bawah langit yang itu! :)

Ah mungkin itu terlalu jauh. Dan mungkin terlalu sentimentil untuk saya pribadi saja. Mungkin ada baiknya juga untuk duduk saja di siang-sore Kaliadem, Jogjakarta. Jalanan aspal menanjak yang sepi menuju puncak Merapi. Di situ biasa tersaji matahari kuning-besar berikut angin semilir dan langitnya yang romantis. Coba kajilah. Atau bila masih terlalu jauh, coba kunjungi pagi di lapangan sipil ITB. Di bawah batang tanaman jati yang menjulang, berteduh melihat langit yang megah-penuh dengan pesona. Masih terlalu jauh, mari ke lapangan bola sederhana di Jalan Industri Selatan, Cikarang. Sore kisaran jam 5 coba duduk di kursi kayu panjangnya menghadap barat di penghujung musim kemarau. Akan terhidang langit sore jernih super memukau. Sekali-kali diselingi pula dengan guguran daun Mahoninya yang terbang hingga jauh sekali. Hingga jauh sekali.

Ah, saya pikir semua ke-indah-tenang-ceria-an itu ada dimana-mana. Tak perlulah mencari terlalu jauh. Cukup saat tengah merasa senang, hati yang sumringah di hari-harinya, semuanya akan terbuka. Disajikan bentukan alam yang kadang hanya terlewatkan saja di cerita kita sehari-hari. Yang kadang hanya membutuhkan sedikit ketenangan untuk menunggu dalam teliti saja, juga keterbukaan dalam segenap cerita. :)

Terima kasih untuk Mbak Yo, untuk mengizinkan fotonya saya pakai di tulisan ini :)
Cikarang, 21 Juli 2013

2 komentar: