Kamis, 04 Juli 2013

Persib dalam Aransemen

Kali ini saya mendengarkan beberapa lagu: “Persib!” karya Doel Sumbang, “Hariring Persib” gubahan Kang Ibing feat Ansambel Gamelan Kyai Fatahillah, juga lagu “Jung Maju Maung Bandung” punya Kang Ibing. Saya masih belum menemukan banyak literatur tentang asal-muasal semua lagu-lagu ini. Saya hanya akan coba mengulasya secara pribadi, dari kacamata saya saja. Semoga tidak menjadi cemoohan bila nyatanya tulisan ini dianggap kurang berbobot atau terlalu miskin sitasi. Semoga begitu.
Berdasarkan beberapa sumber, disebutkan bahwa lagu “Persib!” Doel Sumbang merupakan suatu aransemen ulang dari lagu-lagu Persib karya Kang Ibing. Yang dibuat sebagai bentuk tribute terhadap masterwork tersebut, selepas sang maestro meninggal dunia di 2010. Maka jadilah sebuah lagu berjudul “Persib!” dengan dentuman aransemen yang megah dan membangunkan. Saya pikir, secara isi, lagu ini memang memiliki kemiripan yang sangat kuat dengan lagu “Jung Maju Maung Bandung” karya Kang Ibing. Sebut saja saat Doel Sumbang menyebutkan “Dina pertandingan, eleh-meunang mah biasa”, sedang Kang Ibing menyebut “eleh-meunang olahraga mah biasa). Terjemahan bebas keduanya kira-kira menyebut: kalah dan menang itu adalah hal yang wajar. Juga makna lirik Doel Sumbang “Persib, cadu eureun ngome nasib”, saya nilai sangat mirip dengan ungakapan “pratandang geura sing meunang”. Keduanya mengungkapkan rasa optimis yang kental, dan mirip! Atau saat Kang Doel berujar “lamun Maung Bandung eleh kuciwa biasa”, sedang Kang Ibing berucap “eleh-meunang urang Bandung moal pundung”. Sama-sama berujar bahwa masyarakat Bandung tak akan pernah mempermasalahkan hasil akhir Persib selama sudah bertanding secara kesatria (ungkapan Kang Ibing). Dan masih banyak lagi. Begitu saya menggambarkan bahwa karya Kang Doel yang ini memang terinspirasi oleh “Jung Maju Maung Bandung” Kang Ibing.
Tapi bila melihat dari sisi aransemen, lagu “Persib!” Doel Sumbang ini memiliki kemiripan yang lebih kuat dengan lagu “Hariring Persib”. Tentang alat-alat musik khas sunda yang terlibat, nada-nada penguat yang dihasilkan,  harmoni yang terbentuk setelah masing-masing mengungkapkan kalimat pamungkasnya, memiliki kemiripan yang terasa di beberapa saat. Akan tetapi, dari sisi isi, lagu “Persib!” dan “Hariring Persib” berbeda. Salah satu yang paling mudah ditangkap adalah saat “Hariring Persib” mengungkapkan “Persib meunang, duh hate senang, Persib eleh, aing ngalehleh (TB: Persib menang, saya senang, Persib kalah, saya (bobotoh)  lemas), sedang Doel Sumbang berujar “mun dipareng eleh, tong ngalehleh komo leweh (TB: kalau kalah, bobotoh jangan  lemas)”. Kata ngalehleh mengacu pada ungkapan lemas - yang bukan secara fisik, tapi lebih secara mental&kejiwaan. Juga penghilangan kata "Viking" dari lagunya. Di sini, saya pikir, sebuah credit tersendiri untuk Doel Sumbang saat berani dengan frontal mengkritisi lirik lagu karya maestro sekelas Kang Ibing. Hal yang menunjukkan bahwa Doel Sumbang juga memiliki karakter yang kuat dengan pemahaman dan sikap yang sangat jelas. Salut!
Secara pribadi, saya menilai, di satu sisi Doel Sumbang berhasil melewati karya Kang Ibing lewat aransemen dan kerenyahan bahasa yang ditawarkan. Meski di sisi yang lain, Kang Ibing jauh lebih unggul dalam kedalaman makna dan emosi. Dua seniman yang sama hebat saya kira. Meski mungkin, saat ini, dengan panjang pengalaman yang berbeda. Ah, beruntungnya Sunda memiliki seniman-seniman hebat seperti mereka berdua. :)
Cikarang, 5 Juli 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar