Dulu saya pernah menjadi asisten pengajar di suatu kelas perkuliahan.
Saya ingat betul, saya sering sekali ditanya oleh mahasiswa-mahasiswa saya
waktu itu, dan terkadang saya menjawab: “ah, saya lupa” atau “saya tidak tahu”.
Sedang wajah mahasiswa yang bertanya tersebut menjadi berkerut. Saya tidak tahu
pasti apa yang mereka pikirkan saat itu. Mungkin seperti: “ah gimana nih dosen, masa kalau ditanya jawabannya sering ga tau?”. Kalau memang seperti itu, saya benar tak akan mempermasalahkan,
karena memang benarnya saya lupa, atau memang tidak tahu. Terpikir untuk malu? Ah,
biasa saja saya pikir. Toh semua
orang sedang belajar kan ya? Termasuk juga saya dan semua orang. Untuk besok-besoknya
saya akan mencoba mempersiapkan diri lebih baik, semoganya bisa menjawab
pertanyaan-pertanyaan dari semua.
Sebenarnya saya akhirnya memutuskan untuk mencoba berani seperti
itu karena suatu cerita yang pernah saya alami sendiri. Saat itu saya masih
duduk menimba ilmu di Kampus Gajah. Di kelas seorang dosen yang kebanyakan orang
(atau setidaknya saya sendiri) menilai beliau adalah sosok yang jenius. Di kelas itu, kami para mahasiswa sering sekali bertanya banyak hal
tentang pelajaran yang dibawakannya. Banyaknya beliau bisa menjawab dengan baik
semua pertanyaan-pertanyaan kami. Tapi menariknya, beliau tak pernah segan
untuk menjawab dengan tersenyum: “saya tidak tahu, nanti saya cari dulu
jawabannya”. Bukan sekali-dua kali, beliau sering seperti itu. Tapi hal-hal itu
lah yang memantapkan pikiran saya bahwa dosen ini memang pintar. Dia selalu
berusaha mempertanggungjawabkan apa yang diucapkannya. Mungkin dia tak pernah
berpikir ingin terlihat hebat di depan mahasiswa-mahasiswanya. Walau mungkin
kalaupun dia menjawab asal-asalan pun kami tak akan tahu juga. Kemegahan mental
yang seperti itu lah yang sangat saya kagumi dari beliau. Di sana beliau tidak
hanya mengajarkan kami tentang materi perkuliahannya yang super rumit, tapi
juga lebih dari itu. Sesuatu yang saya pikir lebih besar untuk dapat dipelajari.
Hingga sekarang, saya masih mencoba mencontoh beliau. Untuk belajar
memegahkan mental terhadap masalah dan pertanyaan yang saya hadapi kini dan nanti. Meski
seringnya sekarang saya masih terlalu sering gagal, tapi saya pikir bukan
masalah. Karena saya pikir terlihat kurang kompeten di hadapan orang tidaklah
semenyedihkan sesuatu yang ternyata palsu. Buat apa.
Didedikasikan untuk Ibu Maelita Ramdhani Muis, dan salam hormat untuk
beliau.
Cikarang, 11 September 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar