Di antara lantunan penyanyi cafe asik tembangkan hits milik
Andre Hehanusa dan udara malam Bandung yang segar, dia bercerita banyak hal dan apa
saja. Sesekali saya memberikan komentar sederhana yang kadang mungkin tidak
terlalu nyambung juga (heheu), tapi banyaknya saya mendengarkan saja. Senang saya
menyimaknya. Hingga tiba di suatu giliran, saat dia membahas tentang
hal-hal yang tidak terlalu dia sukai. “Ah, aku tak terlalu
menyukai diberi pertanyaan serupa yang berulang, apalagi saat aku tengah merasa
letih, fuhh, waktunya sungguh tak tepat.”, begitu dia berujar. Mendengarnya saya
tersenyum sendiri, diam saja, mendengarkan saja.
***
Saya teringat. Saya juga begitu hingga beberapa waktu yang
lalu. Sama persis seperti itu. Saya benar tak menyukai diberi pertanyaan serupa yang
berulang-ulang. Saya kesal bila diberi pertanyaan seperti itu. Inginnya, bila saya
sudah pernah menjawab sekali, saya ingin orang yang bertanya tersebut langsung
mengerti, dan jangan bertanya pertanyaan yang sama lagi nanti-nanti. Ahahaa. Tapi beruntungnya, saya memiliki
seorang kakak perempuan yang sangat manis. Dia mengajarkan saya tentang banyak
hal, dan sangat betah membantu saya memahami beberapa hal di antaranya. Dia jarang
berbicara frontal di depan saya dengan menyalahkan, marah atau sejenisnya. Banyaknya
dia hanya mengikuti dulu saja apa yang saya inginkan. Dan bahkan terkadang dia sampai meminta
maaf sambil tersenyum bila di suatu saat dia memberikan saya pertanyaan
berulang dan saya malas menjawab atau menjawabnya dengan nada yang tidak menyenangkan (ah, saya jadi malu mengingatnya, hahaa).
Dan hingga di suatu ketika, akhirnya saya menyadari bahwa itu
hanyalah sebuah pertanyaan, tak lebih dari itu. Tak lebih dari itu. Dan saya mungkin
tinggal memberikan jawaban saja, juga dengan cara yang lebih menyenangkan. Saya
pikir, saya benar tak layak berbicara dengan nada bicara yang tidak menyenangkan
di depan dia. Terserah dia mau mengajukan pertanyaan berulang, atau di waktu
yang saya nilai tidak tepat, atau apapun. Mungkin dia hanya lupa kalau sudah pernah memberikan pertanyaan-pertanyaan tersebut, atau sebelumnya dia belum terlalu
mengerti dengan jawaban yang pernah saya berikan, atau dia hanya ingin bertanya
lagi saja, saya pikir sama saja. Tak selamanya juga dia harus selalu mengikuti suasana
hati saya terlebih dahulu untuk bertanya tentang banyak hal. Begitu kan ya? :)
Tapi saya tak pernah menyesal pernah bertindak tidak
menyenangkan seperti itu, bahkan terhadap orang-orang terdekat yang menyayangi saya sekalipun. Karena
saya tahu, bahwa belajar memahami adalah masalah waktu. Saya mungkin hanya perlu
waktu sedikit lebih panjang untuk akhirnya bisa mengerti.
Didedikasikan untuk Liska Berlian dan terima kasih untuk pengertiannya.
:)
Bandung, 29 September 2013
heu... Wo jugo jadi malu mengingatnyo,,, malu sering banyak nanyo ke Adek,,, :D,,, untung Adek punyo hati dan jiwa yang besar,,, :),,, jadi ajo tau Wo-nyo cakmano,,, ahh, Dear,,, You are great,,, :*
BalasHapus