Sabtu, 28 September 2013

Pertanyaan Berulang dan Liska Berlian

Di antara lantunan penyanyi cafe asik tembangkan hits milik Andre Hehanusa dan udara malam Bandung yang segar, dia bercerita banyak hal dan apa saja. Sesekali saya memberikan komentar sederhana yang kadang mungkin tidak terlalu nyambung juga (heheu), tapi banyaknya saya mendengarkan saja. Senang saya menyimaknya. Hingga tiba di suatu giliran, saat dia membahas tentang hal-hal yang tidak terlalu dia sukai. “Ah, aku tak terlalu menyukai diberi pertanyaan serupa yang berulang, apalagi saat aku tengah merasa letih, fuhh, waktunya sungguh tak tepat.”, begitu dia berujar. Mendengarnya saya tersenyum sendiri, diam saja, mendengarkan saja.

***

Saya teringat. Saya juga begitu hingga beberapa waktu yang lalu. Sama persis seperti itu. Saya benar tak menyukai diberi pertanyaan serupa yang berulang-ulang. Saya kesal bila diberi pertanyaan seperti itu. Inginnya, bila saya sudah pernah menjawab sekali, saya ingin orang yang bertanya tersebut langsung mengerti, dan jangan bertanya pertanyaan yang sama lagi nanti-nanti. Ahahaa. Tapi beruntungnya, saya memiliki seorang kakak perempuan yang sangat manis. Dia mengajarkan saya tentang banyak hal, dan sangat betah membantu saya memahami beberapa hal di antaranya. Dia jarang berbicara frontal di depan saya dengan menyalahkan, marah atau sejenisnya. Banyaknya dia hanya mengikuti dulu saja apa yang saya inginkan. Dan bahkan terkadang dia sampai meminta maaf sambil tersenyum bila di suatu saat dia memberikan saya pertanyaan berulang dan saya malas menjawab atau menjawabnya dengan nada yang tidak menyenangkan (ah, saya jadi malu mengingatnya, hahaa).

Dan hingga di suatu ketika, akhirnya saya menyadari bahwa itu hanyalah sebuah pertanyaan, tak lebih dari itu. Tak lebih dari itu. Dan saya mungkin tinggal memberikan jawaban saja, juga dengan cara yang lebih menyenangkan. Saya pikir, saya benar tak layak berbicara dengan nada bicara yang tidak menyenangkan di depan dia. Terserah dia mau mengajukan pertanyaan berulang, atau di waktu yang saya nilai tidak tepat, atau apapun. Mungkin dia hanya lupa kalau sudah pernah memberikan pertanyaan-pertanyaan tersebut, atau sebelumnya dia belum terlalu mengerti dengan jawaban yang pernah saya berikan, atau dia hanya ingin bertanya lagi saja, saya pikir sama saja. Tak selamanya juga dia harus selalu mengikuti suasana hati saya terlebih dahulu untuk bertanya tentang banyak hal. Begitu kan ya? :)

Tapi saya tak pernah menyesal pernah bertindak tidak menyenangkan seperti itu, bahkan terhadap orang-orang terdekat yang menyayangi saya sekalipun. Karena saya tahu, bahwa belajar memahami adalah masalah waktu. Saya mungkin hanya perlu waktu sedikit lebih panjang untuk akhirnya bisa mengerti.
Didedikasikan untuk Liska Berlian dan terima kasih untuk pengertiannya. :)
Bandung, 29 September 2013

1 komentar:

  1. heu... Wo jugo jadi malu mengingatnyo,,, malu sering banyak nanyo ke Adek,,, :D,,, untung Adek punyo hati dan jiwa yang besar,,, :),,, jadi ajo tau Wo-nyo cakmano,,, ahh, Dear,,, You are great,,, :*

    BalasHapus