Minggu, 01 September 2013

Saya Salah Kemarin

Selepas kisaran satu jam perjalanan menggunakan angkutan perkotaan itu, akhirnya saya berhenti juga. Dari selatan jauh kota ini hingga kini turun di suatu pertigaan yang saya kenal betul. Adalah Jalan Geger Kalong Girang. Sedang jarum jam di tangan kini sudah menunjukkan pukul 20.10. Menghirup nafas dalam-dalam, saya memulai berjalan kaki menyusuri. Terang benderang lampu para penjual makanan di sepanjang jalan ini benar membuat saya betah. Seperti pulang ke rumah. Walau nyatanya kini, langkah saya belum memutuskan tujuan. Belum sepenuhnya tahu malam ini kiranya akan berteduh dimana. Tapi benarnya saya tak memikirkan itu dulu kini. Hanya menjalani malam yang ini, mengunjungi kembali tempat dengan ribuan cerita yang dulu pernah terlewat.

Lewat kini di depan sebuah gerobak penjual lumpia semi permanen di seberang kantor kelurahan. Saya ingat betul. Lumpia ini biasanya sedikit terlalu asin dari seharusnya, tapi saya tetap suka. Teringat dulu saya rela berjalan kaki 20 menit dari kampung Cilimus di atas sana untuk membeli lumpianya. Dulu harganya Rp 3.000, porsinya banyak dan enak. Heheu. Saya hampiri kini, memesan satu porsi dan minta dibungkus saja. Ternyata sekarang harganya dua kali lipat dari dulu. Ah, tidak masalah. :) Menyantapnya sambil berjalan saja ke arah utara kini, saya bernostalgi.

Tiba-tiba hati tergerak untuk turun menuju Gang Haji Ridho di tengah sana. Berniat kunjungi seorang kawan lama yang selalu menyenangkan. Singkat perjalanan, senangnya ternyata dia tengah di rumah. Disambutnya saya dengan keramahan khas seorang kawan lama yang suka-suka. Bercerita sejenak, tandaskan segelas kopi genap dengan ceritanya di bawah pohon jambu biji yang besar dan selalu berbuah lebat saat musimnya tiba, meski sayangnya malam ini belum masuk waktunya. Ah, tapi tetap saja rumah ini selalu menyenangkan. Lalu kini saya ditinggalkannya dulu sejenak, untuk memberi saya waktu menikmati malam sendiri dulu, sedang dia kembali ke depan komputer 14 inch itu untuk menanggapi keluhan salah satu customernya yang barusan mengeluhkan koneksi internet yang sedang down. Sebelum kembali bekerja, kawan tersebut berpesan bahwa kasur untuk saya sudah tersedia di tempat biasa, dan silahkan tidur kapanpun saya mau.

***
Di bawah bayang dedaunan jambu ini, saya sendiri. Menghela nafas panjang-panjang. Memejamkan mata menikmati aroma malamnya yang selalu sama dingin tapi tetap ramah. Berbisik sendiri, saya meminta maaf pada kota ini, untuk beberapa malam yang lalu saat saya mulai ragu apakah kini kota ini masih menantikan kedatangan saya ataukah tidak. Atau mulai menyangsikan kecantik-megahannya yang biasanya merayu-padu. Ah, ternyata tidak, saya salah kemarin. :)
Bandung, 1 September 2013 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar