Selasa, 17 September 2013

Siapa Saya (3)

Tadi sore sepulang kerja, seperti biasa melihat beberapa kawan kantor tengah asik bermain tenis meja di halaman. Antrian bermainnya masih terlalu panjang, hingga akhirnya saya memilih untuk berkeliling kompleks kantor saja, melihat-melihat. Hingga tiba di satu tempat, saya melihat kucuran air di selang plastik berwarna putih yang biasa digunakan oleh seorang kawan yang lain untuk menyiram semua tanaman di taman ini. Melirik, saya coba memperhatikan. Kemudian mengambil selangnya, saya siramkan air segarnya ke semua bagian taman hingga merata. Mungkin habis setengah jam sudah saya beraktivitas seperti itu. Dan saya suka. :)

Dulu, di kampung, almarhumah ibu saya memiliki usaha kecil-kecilan berjualan aneka bunga dan pohon hias di pekarangan depan rumah kami, di pinggir jalan besar. Di sana, Ibu menjual bermacam tanaman hias seperti bunga krisan aneka bentuk yang warna-warni, mangga arum-manis, strawberry, kemboja merah muda, palem kipas, kembang kertas, jeruk manis dan nipis, ah banyak sekali, sebagian besar saya lupa namanya. Dijejerkan rapi-rapi, sejuk sekali. Setiap hari tanaman-tanaman ini dirawat oleh ibu dengan segenap rasa senang dan syukur yang melimpah. Dibersihkan rumputnya, ditambahkan tanahnya bila mulai berkurang, diberi pupuk biar tumbuhnya semakin riang, sedap dipandang. 

Di rumah, hanya saya dan ibu yang suka merawatnya, sedang ayah dan kakak sepertinya memang kurang terlalu tertarik, heheu. Hampir setiap pagi dan sore saya membantu ibu beraktivitas di sini. Saat pagi, selepas sarapan, saya akan keluar rumah menuju pekarangan berbekal gunting dan cangkul kecil membersihkan daun-daun kering dan rumput liar yang selalu saja ada. Sedang sorenya, saya akan menyiram semuanya satu persatu. Kami tak memiliki selang panjang atau air ledeng untuk menyiram tanaman-tanaman ini. Sehingga untuk bisa menyiramnya, saya harus membawa beberapa ember plastik ukuran 10 liter menuju sungai kecil jernih yang mengalir di depan rumah. Dengan gayungnya, saya siramkan air-air itu menimpa semua. Segar sekali melihatnya. Saya senang sekali dengan rutinitas itu. Saya ingat saya tak pernah sekalipun merasa lelah saat melakukannya. Benar begitu!

Dan sore ini, saat rumput-rumput dan pepohonan kecil tadi menjadi basah di halaman kantor kami yang hangat, saya jadi teringat. Bahwa saya adalah anak seorang gadis penjual bunga yang warna-warni. Saya besar di bawah kesejukan pekarangan kami di waktu malam, dan cengkerama hangat bersama ibu dan bunga-bunganya yang tumbuh riang gembira. Saya tak merasa kecil atas itu semua. Bahkan saya merasa sangat mewah karenanya. :) Saya tersenyum kini. Saya tahu, saya merasa hidup dengan guyuran air jernih di sore cerah menimpa dedaunan, seperti sore yang tadi. Saat saya merasa ibu sedang memperhatikan dari teras rumah kami yang selalu bersih di jauh sana, seperti biasa, seperti waktu yang dulu-dulu. :)
Salam, Bu. :)
Cikarang, 17 September 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar