Rabu, 04 September 2013

Tenis Meja

Malam ini saya semakin tahu. Bahwa beberapa orang bisa dengan sangat mudah berbicara kepada saya. Mereka biasa ceritakan apa saja, tentang apapun yang mereka mau. Kadang saya bertanya sendiri kenapa bisa seperti itu? Saya tidak terlalu mengerti juga sebenarnya. Karena kadang saya tidak terlihat menyimak dengan benar juga, atau kadang saya hanya akan berkomentar asal-asalan, seterpikirnya saja. Seperti menyarankan kawan tersebut meminum racun serangga itu saja kalau memang sudah tak kuat lagi, atau meminta dia menabrakkan kepalanya ke tiang listrik bila memang merasa pusing. Tapi nyatanya mereka malah suka. Kadang malah tertawa. Padahal saya serius. Saya sudah katakan bahwa saya serius, dengan ekspresi wajah yang juga serius. Tapi nyatanya mereka malah terpingkal dan berkomentar bahwa saya sangat pandai mengalihkan kepenatan. Saya kadang bingung sendiri. Tapi biarkan. Akhirnya paling saya hanya akan berkomentar begitu.

Tapi seringnya saya mendengarkan dengan seksama. Mencoba sumbang solusi, atau hanya sekedar mendengarkan saja. Untuk yang hanya mendengarkan ini, saya belajar banyak dari seorang kawan baik yang luar biasa, salam hormat saya untuknya. Lanjut lagi, saya tak merasa heran bila seorang terkuat sekalipun memiliki masalah dan juga ingin berkeluh-kesah. Toh itu normal saja saya pikir. Walau di beberapa kali waktu, tak jarang juga saya bertemu kawan yang menganggap berkeluh kesah adalah sebuah dosa. Saya tertawa saja mendengarnya, biarkan saja dia berpendapat begitu. Karena saya pikir yang akan menjadi tak baik adalah bila semua halnya menjadi terlalu. Terlalu serius, terlalu baik, terlalu santai, terlalu bercanda tak kenal waktu, ah semuanya.

Seperti yang tadi, saat di penutup perjumpaannya, seorang kawan dipanggil oleh atasannya dengan nada yang kesal, karena dia terlalu sibuk bermain tenis meja saat seharusnya sedang bertugas. Hahaa. Ah memang benar ternyata, dunia ini tempat kita berasyik-asyik. Di saat-saat yang menyenangkan sekalipun, ternyata kita tengah berbuat salah. Tak apa juga saya pikir. Biarkan hidup berjalan seperti itu. Biarkan sebagian kita akhirnya bisa mengerti. Biarkan sebagian lagi membawanya kemana-mana, sejauh yang dia mau.
Cikarang, 4 September 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar