Jumat, 20 Desember 2013

Lagu-lagu Renungan: Alexi Murdoch

Saya mulai ini dengan sesederhana mungkin. Latar belakangnya begini: saya sangat menyukai kegiatan berpikir. Berpikir tentang apa saja. Walau memang ada beberapa tema besar yang lebih saya sukai untuk dipikirkan saat saya sedang ingin berpikir. Itu adalah tema keseharian. Untuk memperhatikan semua hal yang terjadi di sekitar, lalu bertanya mengenai hal itu pada diri saya sendiri. Dan biasanya hal tersebut menggiring pada beberarapa pertanyaan sederhana seperti: siapa saya? Apa saya? Mengapa saya? Kemana saya? Bagaimana saya? Kapan saya? Lanjutnya saya akan tenggelam dalam pertanyaan-pertanyaan itu di antara keriuhan sekitar. Walau memang seringnya saya jarang menemukan jawabannya, tapi saya tak menganggapnya masalah. Biar saja. Toh tujuan saya bukan untuk mencari jawaban apapun. Karena akhirnya saya hanya akan mencoba bersikap yang layak saja. Tak selalu bersikap baik, tak juga harus bersikap buruk. Sejauh ini pemahaman saya begitu.

Dan mendengar-rasakan sebuah lagu adalah sebuah media berpikir. Dalam proses mendengar-rasakan tersebut, saya sepertinya lebih tertarik untuk menikmati liriknya terlebih dahulu, sedang musiknya akan segera menyusul secepatnya. Saya sangat menyukai Bob Dylan. Saya pikir lagu-lagunya memiliki lirik yang sangat kuat, dan kadang memaksa saya untuk berpikir lebih keras tentang semua kejadian keseharian yang pernah dan sedang saya alami. Hingga tak aneh rasanya bila akhirnya lagu-lagu Dylan akrab sekali menemani saya menjalani hari-hari.

Beberapa waktu belakangan ini, secara tak sengaja, saya mulai mengenal lagu dari seorang penyanyi  lain. Namanya Alexi Murdoch. Seorang penyanyi dan penulis lagu asal Scotland. Saya dengarkan satu-dua lagu miliknya, hingga akhirnya saya coba mencari semua lagu yang pernah dibuatnya. Saya pikir saya menyukai lagu-lagunya, sangat suka malah. Mendengarnya, saya pikir, memiliki sensasi yang sedikit mirip dengan milik Dylan. Kumpulan lagu-lagu renungan yang sangat asik dan mendalam yang dibahasakan dengan sederhana, saya pikir begitu. Meski perbedaan antara karya dari keduanya pasti tetap kental terasa.

Saya sebenarnya tak terlalu suka membanding-bandingkan. Tapi sepertinya bila ditanya mana yang lebih saya sukai, maka, dengan segenap rasa hormat pada karya-karya Dylan, saya akan memilih Murdoch. Saya pikir lagu-lagu Murdoch lebih misterius. Lirik yang lembut, dengan denting musik yang menghanyutkan. Seperti mengajak memasang indra lebih tajam untuk mencerna sebuah rentet kejadian berikut suasana-suasana yang terbentuk. Ah, terdengar terlalu abstrak ya? Saya terdengar seperti meracau? Heheu. Entahlah. Karena sebenarnya saya sendiri sedikit bingung untuk menyederhanakan tentang apa yang saya rasakan dari lagu-lagu tersebut. Tapi mungkin seperti itulah kira-kira. Bila ingin mencoba, mungkin kamu bisa memulainya dengan mendengarkan lagu “All My Days” atau “Orange Sky”-nya, dan coba rasakan. Mungkin nanti kamu bisa mengerti tentang apa yang saya ungkapkan tadi-tadi.

Ya, sebenarnya ini hanyalah masalah selera. Saya tak pernah bermaksud menyerang Dylan atau para penggemarnya. Jujur saja, saya sepenuhnya takjub mendengar lagu “Blowin’ in The Wind”, “The Times They are A-Changin’”, atau karya-karya Dylan yang lain. Di sini, saya hanya ingin menyampaikan, dengan latar belakang yang sudah saya sebutkan tadi, bahwa ada penyanyi lain yang saya pikir sedikit lebih hebat dari Dylan. Dan itu hanya pendapat saya sendiri saja. :)
Cikarang, 18 Desember 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar