Saya mulai ini dengan sesederhana mungkin.
Latar belakangnya begini: saya sangat menyukai kegiatan berpikir. Berpikir
tentang apa saja. Walau memang ada beberapa tema besar yang lebih saya sukai
untuk dipikirkan saat saya sedang ingin berpikir. Itu adalah tema keseharian.
Untuk memperhatikan semua hal yang terjadi di sekitar, lalu bertanya mengenai
hal itu pada diri saya sendiri. Dan biasanya hal tersebut menggiring pada
beberarapa pertanyaan sederhana seperti: siapa saya? Apa saya? Mengapa saya?
Kemana saya? Bagaimana saya? Kapan saya? Lanjutnya saya akan tenggelam dalam
pertanyaan-pertanyaan itu di antara keriuhan sekitar. Walau memang seringnya
saya jarang menemukan jawabannya, tapi saya tak menganggapnya masalah. Biar
saja. Toh tujuan saya bukan untuk
mencari jawaban apapun. Karena akhirnya saya hanya akan mencoba bersikap yang
layak saja. Tak selalu bersikap baik, tak juga harus bersikap buruk. Sejauh ini
pemahaman saya begitu.
Dan mendengar-rasakan sebuah lagu adalah
sebuah media berpikir. Dalam proses mendengar-rasakan tersebut, saya sepertinya
lebih tertarik untuk menikmati liriknya terlebih dahulu, sedang musiknya akan
segera menyusul secepatnya. Saya sangat menyukai Bob Dylan. Saya pikir
lagu-lagunya memiliki lirik yang sangat kuat, dan kadang memaksa saya untuk
berpikir lebih keras tentang semua kejadian keseharian yang pernah dan sedang
saya alami. Hingga tak aneh rasanya bila akhirnya lagu-lagu Dylan akrab sekali menemani
saya menjalani hari-hari.
Beberapa waktu belakangan ini, secara tak
sengaja, saya mulai mengenal lagu dari seorang penyanyi lain. Namanya Alexi Murdoch. Seorang penyanyi
dan penulis lagu asal Scotland. Saya dengarkan satu-dua lagu miliknya, hingga
akhirnya saya coba mencari semua lagu yang pernah dibuatnya. Saya pikir saya
menyukai lagu-lagunya, sangat suka malah. Mendengarnya, saya pikir, memiliki
sensasi yang sedikit mirip dengan milik Dylan. Kumpulan lagu-lagu renungan yang
sangat asik dan mendalam yang dibahasakan dengan sederhana, saya pikir begitu.
Meski perbedaan antara karya dari keduanya pasti tetap kental terasa.
Saya sebenarnya tak terlalu suka
membanding-bandingkan. Tapi sepertinya bila ditanya mana yang lebih saya sukai,
maka, dengan segenap rasa hormat pada karya-karya Dylan, saya akan memilih
Murdoch. Saya pikir lagu-lagu Murdoch lebih misterius. Lirik yang lembut,
dengan denting musik yang menghanyutkan. Seperti mengajak memasang indra lebih
tajam untuk mencerna sebuah rentet kejadian berikut suasana-suasana yang
terbentuk. Ah, terdengar terlalu abstrak ya? Saya terdengar seperti meracau? Heheu.
Entahlah. Karena sebenarnya saya sendiri sedikit bingung untuk menyederhanakan tentang
apa yang saya rasakan dari lagu-lagu tersebut. Tapi mungkin seperti itulah
kira-kira. Bila ingin mencoba, mungkin kamu bisa memulainya dengan mendengarkan
lagu “All My Days” atau “Orange Sky”-nya, dan coba rasakan. Mungkin nanti kamu
bisa mengerti tentang apa yang saya ungkapkan tadi-tadi.
Ya, sebenarnya ini hanyalah masalah selera.
Saya tak pernah bermaksud menyerang Dylan atau para penggemarnya. Jujur saja,
saya sepenuhnya takjub mendengar lagu “Blowin’ in The Wind”, “The Times They
are A-Changin’”, atau karya-karya Dylan yang lain. Di sini, saya hanya ingin
menyampaikan, dengan latar belakang yang sudah saya sebutkan tadi, bahwa ada
penyanyi lain yang saya pikir sedikit lebih hebat dari Dylan. Dan itu hanya
pendapat saya sendiri saja. :)
Cikarang, 18 Desember 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar