Senin, 04 November 2013

Cerita dari Geger Kalong

Saya terbangun berulang sedari tengah malam hingga subuh tadi. Melihat seorang kawan tengah terduduk saja menyandarkan lamunannya di ruangan berukuran 3x3 meter ini. Saat terbangun, saya tanyakan padanya: “ada apa, kenapa kamu belum juga tertidur, kawan?”. Sambil tersenyum dia menjawab bahwa dia belum mengantuk. Saya lanjutkan tidur lagi saja. Hingga saat terbangun lagi, jarum jam sudah menunjukkan jam 6 pagi, dan dia masih seperti itu. Saya tersenyum. Di antara lantunan lagu-lagu cinta yang mengalun perlahan di speaker hitam itu, saya mencoba bangun. Meminum air putih dari botol air minum kemasan yang baru habis tiga-perempatnya, saya coba duduk temaninya. Tapi saya masih terlalu mengantuk, dan diapun sepertinya sedang tak ingin diganggu juga. Saya biarkan saja.

Akhirnya saya terbangun di pukul 10 paginya, dan alunan musiknya masih sama. Saya beranjak perlahan. Saya tak ingin kawan ini jadi terbangun. Karena setidaknya dia baru tertidur jam 7 tadi. Berangkatlah saya membeli beberapa makanan sebagai sarapan, dan duduk di sini, coba menuliskan apa yang saya rasakan.

Saya sudah menganggapnya seperti adik sendiri. Anak baik yang bergerak dengan caranya sendiri. Saya belum mengenalnya terlalu lama, mungkin baru mau masuki 6 tahun belakangan ini saja, tapi sepertinya saya sudah mengenalnya dengan baik. Anak muda yang kadang berbuat salah di beberapa bagian, tapi dia mudah belajar dari kesalahannya. Itu yang sangat saya sukai darinya. Dia juga memiliki kemampuan bercerita dan mendengarkan sama baiknya. Saya pikir hampir semua temannya menyukainya karena kemampuannya ini. Ah, secara garis besar saya menggambarkannya sebagai seorang yang sangat menyenangkan.

Dan pagi ini, saya tahu, bahwa dia sedang memikirkan seorang gadis pujaannya yang, sepertinya, sudah membuatnya jatuh cinta. Kisah yang tak terlalu berjalan mulus, tapi dia tetap ingin mencobanya. Tentu saja saya selalu mendukungnya. Mencoba menghiburnya sesekali, tapi sekuat itu pula saya coba membiarkan saja, biar dia menikmati sendiri prosesnya. :) Saya mengetahui hampir semua cerita cinta yang pernah dia jalani, secara detail. Sehingga saya sepertinya bisa membaca apa yang dia pikirkan sepanjang malam ini. Saya tersenyum di dalam hati. Dan berucap pula diam-diam: “semoga kamu mendapatkan apa yang kamu inginkan, kawan. Dan yang jauh lebih penting dari itu, kamu menikmati semua prosesnya. Terserah nanti hasil akhirnya seperti apa, rasanya nanti kamu akan bisa berbesar hati menerima”.

Angin dari luar meniup masuk hingga ke sini. Tempat saya menuliskan sedikit cerita tentangnya, dan dia yang masih terlelap obati lelah. Saat nanti siang sudah menjemput, bila dia mau, saya akan memintanya bercerita tentang apa yang mengganggunya sepanjang malam hingga pagi tadi. Dan meminta maaf, bila nyatanya subuh tadi dia sedang ingin ditemani, tapi sayangnya saya masih terlalu mengantuk. Dia pasti mengerti. Karena saya pikir dia juga mengenal saya sebaik saya mengenalnya. Ya, kami berkawan dengan sederhana.
Bandung, 5 November 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar