Saya terbangun berulang sedari tengah malam hingga subuh
tadi. Melihat seorang kawan tengah terduduk saja menyandarkan lamunannya di
ruangan berukuran 3x3 meter ini. Saat terbangun, saya tanyakan padanya: “ada apa, kenapa kamu belum juga tertidur, kawan?”. Sambil tersenyum dia menjawab bahwa dia belum mengantuk. Saya lanjutkan tidur lagi saja. Hingga saat terbangun
lagi, jarum jam sudah menunjukkan jam 6 pagi, dan dia masih seperti itu. Saya tersenyum.
Di antara lantunan lagu-lagu cinta yang mengalun perlahan di speaker hitam itu, saya mencoba bangun. Meminum
air putih dari botol air minum kemasan yang baru habis tiga-perempatnya, saya
coba duduk temaninya. Tapi saya masih terlalu mengantuk, dan diapun sepertinya
sedang tak ingin diganggu juga. Saya biarkan saja.
Akhirnya saya terbangun di pukul 10 paginya, dan alunan
musiknya masih sama. Saya beranjak perlahan. Saya tak ingin kawan ini jadi terbangun. Karena setidaknya dia baru tertidur jam 7 tadi. Berangkatlah saya membeli beberapa
makanan sebagai sarapan, dan duduk di sini, coba menuliskan apa yang saya
rasakan.
Saya sudah menganggapnya seperti adik sendiri. Anak baik
yang bergerak dengan caranya sendiri. Saya belum mengenalnya terlalu lama,
mungkin baru mau masuki 6 tahun belakangan ini saja, tapi sepertinya saya sudah
mengenalnya dengan baik. Anak muda yang kadang berbuat salah di beberapa
bagian, tapi dia mudah belajar dari kesalahannya. Itu yang sangat saya sukai
darinya. Dia juga memiliki kemampuan bercerita dan mendengarkan sama baiknya. Saya
pikir hampir semua temannya menyukainya karena kemampuannya ini. Ah, secara
garis besar saya menggambarkannya sebagai seorang yang sangat menyenangkan.
Dan pagi ini, saya tahu, bahwa dia sedang memikirkan seorang
gadis pujaannya yang, sepertinya, sudah membuatnya jatuh cinta. Kisah yang tak terlalu berjalan
mulus, tapi dia tetap ingin mencobanya. Tentu saja saya selalu mendukungnya. Mencoba
menghiburnya sesekali, tapi sekuat itu pula saya coba membiarkan saja, biar dia
menikmati sendiri prosesnya. :) Saya mengetahui hampir semua cerita cinta yang pernah
dia jalani, secara detail. Sehingga saya sepertinya bisa membaca apa yang dia
pikirkan sepanjang malam ini. Saya tersenyum di dalam hati. Dan berucap pula
diam-diam: “semoga kamu mendapatkan apa yang kamu inginkan, kawan. Dan yang
jauh lebih penting dari itu, kamu menikmati semua prosesnya. Terserah nanti
hasil akhirnya seperti apa, rasanya nanti kamu akan bisa berbesar hati menerima”.
Angin dari luar meniup masuk hingga ke sini. Tempat saya
menuliskan sedikit cerita tentangnya, dan dia yang masih terlelap obati lelah.
Saat nanti siang sudah menjemput, bila dia mau, saya akan memintanya bercerita
tentang apa yang mengganggunya sepanjang malam hingga pagi tadi. Dan meminta
maaf, bila nyatanya subuh tadi dia sedang ingin ditemani, tapi sayangnya saya masih terlalu mengantuk. Dia pasti mengerti. Karena saya pikir dia juga mengenal saya sebaik
saya mengenalnya. Ya, kami berkawan dengan sederhana.
Bandung, 5 November 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar