Sabtu, 02 November 2013

Jelekong, 2 November 2013

Berburu Uromycladium tepperianum sebentar, dan dapat tiga!
Tak terasa, umurnya sekarang sudah 10 bulan lebih. Setelah ditanam dengan segenap susah payah di penghujung tahun kemarin, lebih tepatnya 29 Desember 2012. Dan kontan saja, ingatan saya sekarang membimbing saya jauh kembali ke waktu-waktu itu. Hutang uang di beberapa kenalan, cerita pinjaman motor yang hampir menggagalkan semua ceritanya, kawan yang datang untuk menjatuhkan semangat sampai ke lapisan terdasar, orang-orang yang tak lelah mendukung dengan caranya yang masing-masing, ah banyak sekali. Dan sore ini, saat melihat pucuk-pucuk hijau setinggi 7 meter-an ini tumbuh ditimpa cahaya sore, saya menarik nafas panjang.

Seperti biasa, saat tiba di sini, seluruh tubuh rasanya lebih panas dari seharusnya. Tanjakan pendek di bawah situ seperti membuat kami sedikit terengah. Tapi tenang saja, tak akan lama. Karena berikutnya angin-anginnya akan datang, sejukkan lagi. Saat seorang kawan yang ini mulailah mengajak saya berbicara ini-itu. Topiknya banyak sekali. Seperti cara memandang dan menikmati rasa senang dan bahagia yang ternyata sangat pribadi, juga bicarakan beberapa berita nabi palsu dan serba-serbinya, cerita-cerita masa depan yang saat ini baru bisa kami hayalkan saja, potret langit, apapun.

Saya berhenti dulu. Terus menuju ke undakan tanah di tempat yang lebih tinggi. Pergi memeriksa beberapa batang albasia muda dan berharap tak ada sesuatu yang kurang berkenan. Meski akhirnya menemukan beberapa tumor karat yang menyerang batang, percabangan serta daunnya. Uromycladium tepperianum, itu jamur yang menyebabkan penyakit yang menyerang albasia-albasia kesayangan saya ini. Saya bersihkan secara mekanik saja, maka hilanglah. :) Dan pernah saatnya saya mulai merasa sangat khawatir pada penyakit yang menyerang albasia di tingkat muda hingga tegakan ini. Tapi sepertinya sekarang tidak lagi. Kalaupun sedang ingin khawatir, saya hanya akan khawatir seperlunya saja, jangan sampai terlalu. Karena bila tidak begitu, semua ide dan pikiran akan menjadi sangat terbatas. Jadi minim manfaat.

Tak lebih 15 menit saja mungkin, saya kembali lagi menuruni undak tanahnya yang beberapa, menuju saung sederhana beratap campuran karpet dan plastik baligo itu. Kembali baringkan tubuh di lantai bambunya rapi-rapi. Dengarkan alunan lagu yang sedang bermain lepas dari handphone hitam berkilat milik kawan yang tadi, juga rasa panas yang tiba lagi, tapi sebentar lagi juga akan hilang. Saya tahu. :)
Bandung, 3 November 2013
*foto oleh Muhammad Haikal Sedayo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar