Dari Sukarno, dari Bacharuddin Habibie, dari Sujiwo Tejo, dari
Raymond Tjandrawinata, dari Indra Thahir, dari Andrea Hirata, dari Susi
Susanti, dari Gesang, dari banyak lagi, saya belajar tentang sebuah kebanggaan.
Sebuah rasa bangga yang terbuka, dan disampaikan dengan caranya yang
masing-masing. Saya pikir, memang begini yang seharusnya. Memang begini yang
seharusnya. Jalannya yang masing-masing, tapi terjemahannya selalu mirip. Tentang
kebanggaan yang tidak dimonopoli.
Cikarang, 17 November 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar