Ah, Bandung, memang selalu menarik, Kamu. Seperti malam ini,
saat berdua dengan seorang kawan, duduk di samping piano tua yang tertutup dan dua gelas kopi khas cafenya yang pahit,
kami niaga cerita yang asik. Untuk mendengarkan kisah hidupnya yang menarik, tentang
hal-hal yang sebagian mungkin menganggapnya tabu. Tapi kami tidak! Saya
dengarkan apa yang ingin dia ceritakan, saya berkomentar seadanya dan
sekeinginan saja. Juga tak ada yang rumit, karena kami sudah memutuskan untuk
membuatnya seperti itu. Dan di antara gelak tawa dan penekanan serius yang
bergantian dalam antrian, kami terus bicara.
Darinya, malam ini sepertinya saya bisa melihat sedikit lebih
jauh, sepertinya begitu. Bahwa kehidupan itu berada di dalam kerumitan dan
kesederhanaan di satu waktu yang sama. Seperti berada di dalam sebuah bola
transparan dimana beberapa liquid
di dalamnya tak pernah saling larut dalam warna-warna yang mencolok. Beberapa selalu
mencoba menyimpulkan bahwa semua terpisah menjadi bagian-bagian besar dan
berkelompok, atau mengira mereka selalu saling larut atau bahkan sama saja satu warna.
Padahal tidak! Padahal tidak! Saya pikir bukan seperti itu.
Waddaddah. Menurut saya, waktu adalah segelas kopi pahit
ini. Sesaat dia kian berkurang, dan saya seperti terbiasa, untuk kemudian dia
habis, dan kami memutuskan pulang.
Bandung, 1 Maret 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar