Selasa, 22 Oktober 2013

Gedung Sate dan Cerita Sekitar



Beberapa hari yang lewat, saya sempat berkunjung sebentar ke situ. Di depan sebuah gedung yang dulu, katanya, dibangun sebagai pusat pemerintahan kota Jawa Barat. Saat itu, sore menjelang pukul tiga. Suasana Bandung sedang cerah asik-asiknya. Langit biru. Tusuk satenya di atas sedang hikmat saja berdiam. Saya duduk sebentar di undak tangganya yang beberapa di seberang jalan. Saya memperhatikan. Melihat bangunan dengan arsitektur mirip dengan gaya masa renaiscance di beberapa titik, dan mulai membayangkan bagaimana bangunan yang terlihat sangat kokoh gagah berdiri ini dulu dibuat. Sepertinya rumit sekali.

Matahari masih asik-asiknya di arah barat. Saya kembali melihat sekeliling. Melihat gagah Tangkuban juga sepertinya sedang tafakur melihat Bandung dari utara jauh. Seperti saya sekarang. Memperhatikan banyaknya orang-orang yang datang berkunjung, mungkin sekedar abadikan moment berfoto-ria senang-senang dengan latar gedung itu. Ketika sepasang bapak-ibu paruh baya yang sepertinya datang dari luar kota meminta bantuan saya untuk mengambil beberapa foto berlatar Gedung Sate, dengan senang hati saya iyakan. Beberapa kali ambilan menggunakan kamera saku sederhana yang terlihat masih sangat baru itu, mereka ucapkan terima kasih. Saya tawarkan untuk beberapa kali ambilan gambar lagi. Kali ini saya meminta mereka berputar, untuk mengambil latar Tangkuban di belakangnya kini. Mereka mengikuti, dan jadilah.

Lepasnya, saya tanyakan beberapa hal. Ternyata bapak-ibu ini tadi baru saja tiba dari Ciamis dengan menggunakan sepeda motor yang sekarang sedang diparkir di pinggir jalan sana. Mereka akan bermalam di rumah saudaranya di daerah Sukajadi, bila tak terburu pulang hari ini juga. Tukar-bicara, ternyata mereka berdua hanya ingin berjalan-jalan saja. “sekali-kali pengen jalan-jalan di Bandung aja” begitu katanya. Saya candakan “sambil nyobain kamera baru Pak ya?”, mereka tertawa. Saya sambung, “kameranya bagus Pak, warna hasil gambarnya cerah sekali, bagus.”. Dengan semangat dia bercerita singkat tentang kamera itu. Lanjut saya sarankan mereka lanjutkan sore itu ke arah utara, tempat monumen perjuangan berdiam di ujung sana. Dan mereka pergi dalam ucapan terima kasih yang dalam.

Sore Bandung. Di sini benar tak pernah sepi cerita. Seperti lalu lalang ratusan pengunjung yang ramai melintas di hadapan, seperti mancur air di halaman Gedung itu yang selalu saja asik sendiri tontonkan kemolekannya sana-kemari.
Cikarang, 22 Oktober 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar