Sepertinya mulai hampir sebulan terakhir ini. Selepas jam
kantor habis, saya akan beranjak menuju luar pagar kantor dengan menenteng segelas kopi nesc*afe classic yang pahit dan panas. Saya memang tak
terlalu menyukai rasa manis di regukan kopi. Menurut saya rasa manis mengaburkan
rasa kopinya jadi hambar. Jadi seperti inilah, kawan-kawan yang sesekali mampir
sejenak jarang ada yang mau mencoba kopi ini, mereka sebut ini terlalu pahit. Yah,
mungkin hanya masalah selera saja mungkin ya? :)
Dan hampir sebulan terakhir ini juga, saya hanya habiskan
sore sendiri saja. Duduk di pinggiran pagar besi hitam redup yang kekar, di
bawah pucuk-pucuk mahoni yang menghijau-muda, kiranya begitulah ritual pohon
jalanan ini menyambut peralihan musim-musim. Duduklah. Saya akan lebih memilih menghadap timur, selalu begitu. Tepat membelakangi
matahari Cikarang yang bulat kuning tua dihalangi awan sedikit-sedikit. Mungkin
yang seperti ini yang kang Doel Sumbang sebut dengan "matahari mata-sapi" di lagu
“Kali Merah”nya itu mungkin ya? :)
Saya tak pernah keberatan untuk menghabiskan waktu-waktu
yang menyenangkan seperti ini sendiri. Saya tahu, saya sudah terlalu terbiasa
sendiri. Dan akan mengadaptasi situasinya lebih cepat dari yang orang-orang
pikirkan. Meski saya tidak pernah menyangkal juga kalau saya akan lebih senang
bila tidak sendiri. Ya! Saya benar akan lebih senang untuk duduk melihat-lihat
apa yang saya sukai dengan seseorang atau beberapa orang yang duduk di sebelah
menemani. Tak peduli untuk hanya saling diam, atau sambil tukar bicara, sama
saja. Sambil menikmati, saya tak akan mengajaknya banyak berbicara bila dia tak
suka bicara, dan saya akan mengajaknya berbicara hingga dia lelah bila memang
dia senang berbicara. Seperti itu. Hingga nanti akhirnya salah satu dari kami memutuskan
untuk pulang dulu sekarang, maka kami akan pulang. Sudahi dulu untuk hari ini. Mungkin
besok-besok disambung lagi. :)
Cikarang, 2 Oktober 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar