Minggu, 27 Oktober 2013

Kenapa Malu?

Sore tadi saat tengah iseng saja mengambil gambar satu bungkus rokok Dja*rum Coklat yang hampir habis kami hisap seharian ini, tiba-tiba seorang kawan yang ini bertanya: “foto buat diunggah di internet, A?”. Saya menggeleng, lanjut dia bicara lagi: “ah, kalau iya, jangan diunggah yang ini, A, malu-maluin aja, rokok yang mahalan donk yang diunggah mah, jadi keliatan keren”, disambungnya pula dengan tawa yang riang. Saya ikut tertawa mendengarnya. Saya tahu, kawan yang ini hanya sedang ingin bicara saja, tentang apa saja, dan saya mengenalnya dengan baik. Hingga saya akhirnya menjawab juga apa yang dia ucapkan, karena saya tahu dia ingin mendengarnya. Sambil senyum-senyum saya ucapkan: “kenapa malu? Toh ini bukan suatu yang salah, juga nyatanya memang rokok ini yang kita hisap seharian ini kan ya?” Lanjut kami tertawa saja sebentar, lepasnya dengarkan lagi baris iklan di televisi yang sepertinya tak habis-habis dan bergantian tak kenal lelah.

Hah. Hidup memang sebaiknya disederhanakan saja. Keren ataupun tidak tak akan pernah menjadi masalah yang terlalu besar. Biarkan saja hidup jadi rentetan waktu dan kejadian yang selalu menyenangkan, atau setidaknya mencoba untuk bisa seperti itu. Suka karena tak berminat untuk berusaha membuatnya menjadi lebih berat oleh hal-hal yang sebenarnya ringan-ringan saja.
Bandung, 28 Oktober 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar