![]() |
Kelapa dan siluet sore Singaparna |
Tiga hari itu asik sekali. Saat pagi pertamanya kami buka
dengan raung tangis Sabian di awal-awal. Sabian Ananta Putri, begitu nama
lengkapnya. Ya, malam itu saya menginap di kontrakan salah seorang kawan baik
di daerah Cicarita, Bandung. Tempat dia beserta istri dan bayi perempuannya
tinggal di waktu itu, Agustus 2008. Masih sedikit mengantuk pagi itu, saat istrinya
bawakan kami dua gelas kopi susu panas. Lanjutnya kami mengobrol sebentar, lanjutkan
obrolan seputar musik yang belum selesai dari tadi malam. Ya, kawan yang ini
memang sangat menyukai musik, dia piawai memainkan drum, dan itu
juga sebab anak perempuannya diberi nama Sabian, salah satu merk ternama dari produsen drum. :D
Lepas berpamit, dengan motor matic putih itu, kami memulai perjalanannya. Singgah sebentar untuk
nikmati sarapan di pasar Geger Kalong, kami mulailah menuju tenggara jauh. Kami
benar tak diburu waktu. Dengan Singaparna - Tasikmalaya jadi tujuan, kami
berjalan pelan-pelan. Tak kurang dari 7-8 kali berhenti istirahat, kami
menikmati perjalanannya dalam tawa yang riang. Saya masih ingat, Garut
menghabiskan paling banyak waktu kami di perjalanan itu. Kadang baru 10 menit
berjalan, kami sudah berhenti lagi. Ah senang sekali. Hingga akhirnya siang
menjelang sorenya kami tibalah di satu daerah perkampungan yang sangat ramah. Disambutlah
kami oleh pemuda-pemuda sebaya di kampung situ, diajaknya kami habiskan sore
bercengkerama di warung kopi yang menyenangkan. Sebelum akhirnya rumah seorang
saudara dari kawan yang tadi jadi tempat berlabuh kami malam itu.
Saya mengingat kampung itu dari petak-petak kolam yang
banyak, baris pesawahan yang berlomba dengan jalan-jalan kampung yang sepi, dan
tegak kelapa julang menjulang. Menikmati segar kelapa mudanya yang beberapa, sambil
melihat sore dan dialog-dialog yang asik dan riuh. Saat di penghujungan akhirnya
jernih pancuran di atas kolam tengah pesawahan itu membasuh semua rasa letih.
Saya masih ingat betul, foto “terbuka” saat mandi di bawah langit itu jadi
bahan tertawaan kami semalam-malam. :) Juga saat keesokan harinya tangga
Galunggung menyambut kami di hadapan. Hingga turun juga ke kawahnya yang tenang
dan berkelok. Seorang kawan yang lain mencuri beberapa tangkai jagung di
sekitar tadi, kami bakar di bawah kawahnya, santaplah hidangannya menghadap pulau
di tengah kawah yang misterius itu dalam kabut-kabut tebal yang turun menyambut.
Pulang ke Bandung bukanlah hal yang menyenangkan saat itu. Saya
masih terlalu betah menikmati hujan di sore Singaparna yang memukau. Berikut giliran
angin malamnya yang asik, saya mengenal kawan-kawan di sini. Berjanji saat itu
untuk nanti berkunjung kembali, tukar cerita lagi. Yang sayangnya sampai saat
ini masih belum, tapi bukan masalah. Nanti saya datang lagi, berbagi tawa
kembali. :)
Cikarang, 11 Oktober 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar