Kamis, 10 Oktober 2013

Singaparna, Tasikmalaya

Kelapa dan siluet sore Singaparna
Tiga hari itu asik sekali. Saat pagi pertamanya kami buka dengan raung tangis Sabian di awal-awal. Sabian Ananta Putri, begitu nama lengkapnya. Ya, malam itu saya menginap di kontrakan salah seorang kawan baik di daerah Cicarita, Bandung. Tempat dia beserta istri dan bayi perempuannya tinggal di waktu itu, Agustus 2008. Masih sedikit mengantuk pagi itu, saat istrinya bawakan kami dua gelas kopi susu panas. Lanjutnya kami mengobrol sebentar, lanjutkan obrolan seputar musik yang belum selesai dari tadi malam. Ya, kawan yang ini memang sangat menyukai musik, dia piawai memainkan drum, dan itu juga sebab anak perempuannya diberi nama Sabian, salah satu merk ternama dari produsen drum. :D

Lepas berpamit, dengan motor matic putih itu, kami memulai perjalanannya. Singgah sebentar untuk nikmati sarapan di pasar Geger Kalong, kami mulailah menuju tenggara jauh. Kami benar tak diburu waktu. Dengan Singaparna - Tasikmalaya jadi tujuan, kami berjalan pelan-pelan. Tak kurang dari 7-8 kali berhenti istirahat, kami menikmati perjalanannya dalam tawa yang riang. Saya masih ingat, Garut menghabiskan paling banyak waktu kami di perjalanan itu. Kadang baru 10 menit berjalan, kami sudah berhenti lagi. Ah senang sekali. Hingga akhirnya siang menjelang sorenya kami tibalah di satu daerah perkampungan yang sangat ramah. Disambutlah kami oleh pemuda-pemuda sebaya di kampung situ, diajaknya kami habiskan sore bercengkerama di warung kopi yang menyenangkan. Sebelum akhirnya rumah seorang saudara dari kawan yang tadi jadi tempat berlabuh kami malam itu.

Saya mengingat kampung itu dari petak-petak kolam yang banyak, baris pesawahan yang berlomba dengan jalan-jalan kampung yang sepi, dan tegak kelapa julang menjulang. Menikmati segar kelapa mudanya yang beberapa, sambil melihat sore dan dialog-dialog yang asik dan riuh. Saat di penghujungan akhirnya jernih pancuran di atas kolam tengah pesawahan itu membasuh semua rasa letih. Saya masih ingat betul, foto “terbuka” saat mandi di bawah langit itu jadi bahan tertawaan kami semalam-malam. :) Juga saat keesokan harinya tangga Galunggung menyambut kami di hadapan. Hingga turun juga ke kawahnya yang tenang dan berkelok. Seorang kawan yang lain mencuri beberapa tangkai jagung di sekitar tadi, kami bakar di bawah kawahnya, santaplah hidangannya menghadap pulau di tengah kawah yang misterius itu dalam kabut-kabut tebal yang turun menyambut.

Pulang ke Bandung bukanlah hal yang menyenangkan saat itu. Saya masih terlalu betah menikmati hujan di sore Singaparna yang memukau. Berikut giliran angin malamnya yang asik, saya mengenal kawan-kawan di sini. Berjanji saat itu untuk nanti berkunjung kembali, tukar cerita lagi. Yang sayangnya sampai saat ini masih belum, tapi bukan masalah. Nanti saya datang lagi, berbagi tawa kembali. :)
Cikarang, 11 Oktober 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar