Saya pikir menghormati orang yang lebih tua adalah sesuatu
yang baik. Caranya mudah. Memanggil dengan sebutan selayaknya yang muda pada
yang tua adalah salah satunya saya pikir. Itu bisa kakak, mas, mbak, akang, teteh,
bapak, ibu dan lain-lain. Terlepas dari siapa mereka, status mereka terhadap
saya apa, atau pertanyaan-pertanyaan yang lain. Tapi saya selalu berpikir, ada
alasan kenapa sebutan kakak, mas, mbak, dan lain-lain tadi ada di dalam
perbendaharaan bahasa kita. Lalu kenapa tidak saya gunakan?
Mungkin saat kita bertemu dengan seseorang dengan status
(yang kita rasa) berada di bawah kita, baik itu status di kantor, status di
masyarakat, status ekonomi, atau status apa saja, beberapa dari kita mungkin akan sedikit malas (atau gengsi?) untuk menyebut panggilan hormat tersebut. Saya sering
bertanya sendiri: kenapa kamu seperti itu? Saya benar kadang tak habis pikir.
Apa dengan memanggil dengan sebutan hormat tersebut akan membuatmu merasa turun
derajat?? Masa iya??
Memang, menghormati orang lain itu tak sesempit sebutan
hormat. Akan lebih terasa nyata bila menunjukkan rasa hormat tersebut dalam
bentuk sikap kan ya? Ya, saya sangat-sangat sepakat dengan itu. Meski pernyataan
saya akan tetap saja sama: ada alasan
kenapa sebutan hormat tersebut ada di perbendaharaan bahasa kita. Tentunya buat
dipakai sebagai bentuk ungkapan yang mewakili sebuah ide. Saya pikir begitu.
Cikarang, 23 Oktober 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar