Senin, 28 Oktober 2013

Pidi Baiq: Cerita Dilan

Sepertinya kebanyakan orang, termasuk saya, mengenalnya dengan nama Pidi Baiq. Entah siapa nama aslinya, tapi saya merasa cukup untuk memanggilnya dengan sebutan Kang Pidi. Dan seperti yang sering saya ucapkan sebelumnya, bahwa kemampuan berpikir orang ini memang di atas rata-rata. Benar! Dia tetap bisa terlihat cerdas di antara cerita-cerita konyol yang sering dia ceritakan, dia terlihat sangat menyenangkan dari tulisan-tulisan singkat yang dibuatnya di akun sosial media twit*ter miliknya, tentang apa saja. Ya, saya mengenalnya lebih banyak lewat kicauannya di sosial media itu saja. Juga dulu sekali, mungkin di tahun 2007 atau 2008, saya pernah sekali berada sepanggung dengannya. Saat itu di satu acara di PKM UPI, saya turun membacakan dua puisi tepat setelah Kang Pidi turun panggung menyanyikan beberapa lagu-lagu ciptaannya, waktu itu di antaranya adalah lagu “Jatinangor” yang terkenal itu, ah saya masih sangat ingat. Habis kami bertukar-sapa beberapa kalimat, lalu dia pergi lagi. Meski tak berarti pula saya terlalu mengagungkannya juga, saya juga mendengar dari seorang kawan baik bahwa salah satu kelemahan major dari Pidi Baiq adalah kadang dia terlalu menggurui, terlalu senang mengungkapkan pendapatnya saja, jarang mau mendengar selayaknya kawan. Wallahualam. Ah, tapi saya pikir bukan masalah juga. Setiap orang punya kelemahan kan ya? Biar saja. :)

Saya belum pernah membaca langsung buku-buku best-selling karyanya. Entah kenapa. Entah kenapa saya tak terlalu bersemangat membaca buku-buku orang yang saya nilai mungkin akan sedikit mirip dengan apa yang saya rasakan. Seperti Pidi Baiq, Andrea Hirata, atau yang lain. Pastinya, bukan berarti saya membandingkan diri saya dengan mereka, itu tak perlu. :D Saya hanya mendengar saja dari orang-orang tentang kedahsyatan karya-karya mereka. Bukan apa-apa, saya kadang hanya merasa sedikit khawatir. Khawatir originality pikiran dan tulisan saya akan terbawa –karena memang karya-karya hebat selalu bisa membawa; khawatir bila saya jadi berkecil hati memandang tulisan-tulisan saya sendiri –karena membandingkan tulisan mereka dengan tulisan saya itu sama saja seperti adu pengetahuan seorang profesor dengan anak SMA. Ahahaa.

Seperti setelah membaca tulisan yang ini. Berjudul “Dia adalah Dilanku” di laman blog ayahpidibaiq.blogspot.com. Entah kenapa tadi saya sedang merasa sangat ingin membaca tulisan ini. Seperti sedang ingin saja mungkin :D. Dan walhasil: benar. Habis membacanya, saya sedikit merasa kecil. Mulai berpikir bahwa tulisan-tulisan saya hanya seperti sebuah joke. Ahahaa. Tapi tak masalah. Biasanya saya hanya perlu beberapa hari saja untuk memulihkan kepercayaan diri, lalu jadi normal kembali baik-baik saja. :) Tapi secara keseluruhan, saya menilai tulisan ini sebagai tulisan yang sangat menarik. Isi yang menarik, gaya bahasa khas yang juga sama menarik, sensasi yang senang, ah keren pokoknya. Diajarkannya kita bahwa bersenang-senang itu bukan hanya perkara materi saja. Dan saya sangat-sangat bersepakat tentang itu. I couldn’t agree more! :)

Bagi yang mau, silahkan kunjungi blognya. Dan bila boleh, saya rate tulisannya: highly recommended.
Cikarang, 28 Oktober 2013

4 komentar: