Sepertinya kebanyakan orang, termasuk saya, mengenalnya
dengan nama Pidi Baiq. Entah siapa nama aslinya, tapi saya merasa cukup untuk
memanggilnya dengan sebutan Kang Pidi. Dan seperti yang sering saya ucapkan
sebelumnya, bahwa kemampuan berpikir orang ini memang di atas rata-rata. Benar!
Dia tetap bisa terlihat cerdas di antara cerita-cerita konyol yang sering dia
ceritakan, dia terlihat sangat menyenangkan dari tulisan-tulisan singkat yang
dibuatnya di akun sosial media twit*ter miliknya, tentang apa saja. Ya, saya mengenalnya lebih banyak lewat kicauannya di sosial media itu saja. Juga dulu
sekali, mungkin di tahun 2007 atau 2008, saya pernah sekali berada sepanggung
dengannya. Saat itu di satu acara di PKM UPI, saya turun membacakan dua puisi
tepat setelah Kang Pidi turun panggung menyanyikan beberapa lagu-lagu ciptaannya, waktu itu di
antaranya adalah lagu “Jatinangor” yang terkenal itu, ah saya masih sangat ingat. Habis kami bertukar-sapa
beberapa kalimat, lalu dia pergi lagi. Meski tak
berarti pula saya terlalu mengagungkannya juga, saya juga mendengar dari
seorang kawan baik bahwa salah satu kelemahan major dari Pidi Baiq adalah kadang dia terlalu menggurui, terlalu
senang mengungkapkan pendapatnya saja, jarang mau mendengar selayaknya kawan. Wallahualam. Ah, tapi saya
pikir bukan masalah juga. Setiap orang punya kelemahan kan ya? Biar saja. :)
Saya belum pernah membaca langsung buku-buku best-selling karyanya. Entah kenapa. Entah
kenapa saya tak terlalu bersemangat membaca buku-buku orang yang saya nilai
mungkin akan sedikit mirip dengan apa yang saya rasakan. Seperti Pidi Baiq, Andrea Hirata, atau
yang lain. Pastinya, bukan berarti saya membandingkan diri saya dengan mereka,
itu tak perlu. :D Saya hanya mendengar saja dari orang-orang tentang kedahsyatan
karya-karya mereka. Bukan apa-apa, saya kadang hanya merasa sedikit khawatir. Khawatir originality pikiran dan tulisan saya
akan terbawa –karena memang karya-karya hebat selalu bisa membawa; khawatir
bila saya jadi berkecil hati memandang tulisan-tulisan saya sendiri –karena membandingkan tulisan mereka dengan tulisan saya itu sama saja seperti adu pengetahuan
seorang profesor dengan anak SMA. Ahahaa.
Seperti setelah membaca tulisan yang ini. Berjudul “Dia
adalah Dilanku” di laman blog ayahpidibaiq.blogspot.com. Entah kenapa tadi saya sedang
merasa sangat ingin membaca tulisan ini. Seperti sedang ingin saja mungkin :D. Dan
walhasil: benar. Habis membacanya, saya sedikit merasa kecil. Mulai berpikir
bahwa tulisan-tulisan saya hanya seperti sebuah joke. Ahahaa. Tapi tak masalah. Biasanya saya hanya perlu beberapa
hari saja untuk memulihkan kepercayaan diri, lalu jadi normal kembali baik-baik
saja. :) Tapi secara keseluruhan, saya menilai tulisan ini sebagai tulisan yang
sangat menarik. Isi yang menarik, gaya bahasa khas yang juga sama menarik, sensasi
yang senang, ah keren pokoknya. Diajarkannya kita bahwa bersenang-senang itu
bukan hanya perkara materi saja. Dan saya sangat-sangat bersepakat tentang itu.
I couldn’t agree more! :)
Bagi yang mau, silahkan kunjungi blognya. Dan bila boleh, saya rate tulisannya: highly
recommended.
Cikarang, 28 Oktober 2013
tulisan2 sampeyan jg rapi euy kang
BalasHapusHeheu. Trimakasihtrimakasih buat kunjungannya, Warm. ;)
HapusBerasa diprovokasi untuk stalk ayah pidi nih
BalasHapusmonggo. ;)
Hapus