Minggu, 06 Oktober 2013

Gedung Teropong – Taman FPEB UPI

Taman FPEB UPI, tempat Gedung Teropong dulu berdiri
Duduk di sini lagi setelah sekian lama. Di hadapan sebuah lokasi dimana dulu Gedung Teropong UPI diam berdiri, sedang sekarang berganti dengan sebuah taman kecil dengan tulisan FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS. Ah. :) Menghirup udara malam sedalam-dalam di bawah gagah Kisabun yang selalu megah dari dulu-dulu ini. Saya berdiam saja bersama dua orang kawan yang asik sekali obrolkan hal-hal berbau filsafat, yang saya sendiri tidak terlalu paham mendengarnya. Tapi benar bukan itu tujuan saya datang ke sini. Saya hanya datang untuk sekedar berkunjung ke satu tempat dimana saya dulu biasa habiskan hari-hari belajar memperhatikan. :)

Saya selalu mengingat tempat ini sebagai salah satu tempat terramah yang pernah saya kunjungi. Di sini saya pernah mengenal banyak kawan yang beragam. Beragam asal, beragam agama, beragam cita-cita, bukan masalah. Di pagi, siang, sore, dan malamnya kami belajar banyak hal, menikmati banyak hal, berpikir banyak hal, mendengar banyak hal. Meski kini bangunan itu nyatanya tak ada lagi, sesekali saya tetap saja melihatnya bila kebetulan saja sedang melintas. Saya tetap melihat plang JANTERA UPI di atas pintu masuknya yang lebar, atau melihat wall kuning tua dan pointsnya yang beberapa sudah hilang di pinggir sana, atau asap putih yang tengah asik beterbangan dari api yang membakar dedaunan kering Kisabun di depannya. Sesekali saya masih melihat semua itu dengan jelas, seperti saat ini.

Dan tibalah malam ini, saat dengan bersama kawan baik yang ini, saya duduk di bawah rumput malam di bawah teduh pinus dan cahaya malam. Saya merekam sekitar, mendengar aliran air dari sungai kecil yang gemericik, giliran sivitas kampus yang seperti tak pernah lelah hilir-mudik di hadapan, juga lampu-lampu pekerja proyek yang kini entah tengah membangun apalagi. Ya. Kampus kami tengah bergiat membangun belakangan ini, biar lebih baik dan menterenglah nantinya. Digantikannya bangunan-bangunan tua yang dianggap sudah tak layak lagi, dileburkannya hal-hal terdahulu menjadi serba baru. Seperti yang ini, waktu gedung itu tersulap jadi taman kecil penghias dan sebuah kursi kayu yang mulai dimakan cuaca.

Sekilas-balik, saya mengingat sebuah tulisan yang dulu pernah saya tulis menjelang gedung itu akan dirobohkan di penghujung 2009. Kabarnya dulu kawan-kawan akan menerbitkan sebuah buku tentang gedung ini, tapi sepertinya itu belum sempat. Hingga tulisan ini akhirnya saya unggah saja sekarang, dari pada dia hilang jadi terlupa.
Bandung, 5 Oktober 2013

***
Sebuah Reuni
(Tribute Teropong)

Selamat malam kawan-kawan lama!
Saat malam ini aku tiba sedikitlah terlambat dari niatku kemarin-kemarin.
Tapi bukanlah suatu masalah karena kedatangan ini sepenuh hati.
Dengan itu, aku yakin cukuplah untukku, cukup pula untukmu.
Untuk memulai reuni hati, senandung ini-itu.

Selamat malam kawan-kawan lama!
Untuk membuka obrolan-obrolan sederhana yang sarat hikmah, nilai-nilai.
Antusiasme terbuka tukar berita, barter cerita, transaksi pengalaman.
Meski tak perlulah terlalu formal.
Karena yang terpenting bisalah dimengerti dan terpahami.

Selamat malam kawan-kawan lama!
Menaburkan pelajaran hidup yang kian panjang tak ada habisnya.
Menuntut kita memilahnya dari sekedar guyon khas kawan lama, kilasan memori bersama serba semua, eksplisit kalimat penuh pengharapan juga doa.
Semoga nanti sampailah pada pendewasaan tingkah laku dan pola pikir.

Selamat malam kawan-kawan lama!
Rehat sejenak tuan rumah kini tawarkan pesta sederhana ala kadarnya.
Biar bisa lepas sejenak semua mimpi-mimpi, keinginan, dan cita-cita.
Berganti hidangan nasi liwet khasmu dulu, sambal pedas, kangkung, aneka gorengan.
Bikin semua berpuas diri, puas dahaga, juga senyuman.

Selamat malam kawan-kawan lama!
Untuk kenduri nilai yang super segar.
Menukarkan suaka cinta dan masa depan.
Kiranya bisa betahlah hingga nanti saat semua serba jauh, sulit bertemu.
Semoganya masih bisa diingat dalam kilasan senyum dan kejujuran.

Selamat malam kawan-kawan lama!
Untuk guyuran angin dari utara yang menarikan Kisabun di atas, tempat saat ini kita berlindung dan belajar.

Sebuah penghormatan terakhir untuk Gedung Teropong XX Astronomi UPI
Bumi Siliwangi, pertengahan 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar