![]() |
Ah, cape. Menjelang magrib di Metro |
Akhirnya sampai lagi di sini. Di sebuah kos-kosan sederhana di daerah Geger Kalong Girang, setelah melewati satu hari yang panjang
bersama seorang sahabat baik. Harinya tadi baru akan dimulai dengan janji bertemu
di depan salah satu masjid paling terkenal di kota ini, Daarut Tauhid. Dan perjalanan
kamipun mulailah. Melewati panjangnya jalanan Bandung hingga jauh ke utara
sana. Kami habiskan sela waktunya dengan dialog-dialog yang selalu saja membuat
kami tertawa, lalu diam, dan bicara lagi saat kami sedang mau. Hingga pagi Cikole hampiri kami di warung kopi sederhana di salah
satu sudutnya tadi, juga di siang hingga sorenya yang sudah hampir sampai di
penghujungan, di titik-titik kota Bandung hingga jauh ke selatan dan kembali
lagi, kami lanjut bicara.
Hari ini dan sepertinya hari-hari yang kemarin juga, banyaknya
kami bicarakan tentang saya. Menertawakan apa yang saya lakukan hingga terbawa,
menambahkankan apa yang saya lamunkan kadang sampai saya merasa letih sendiri. Seperti
saat di salah satu titik perumahan Metro yang tadi, pikiran saya sepertinya
semakin jauh. Hingga saya melihat apa yang saya kenakan seharian ini, saya berpikir
sendiri. Saya melihat koboi paceklik! Seorang muda dengan muka dekil penuh debu jalanan dan rambut
kusut awut-awutan, tengah berpakaian semaunya, tak ada aturan, dan dia terlihat
senang-senang saja menjalani semua cerita yang berjalan sehari-hari. Ya, itu
saya. Seperti saya memperhatikan saya sendiri? Aneh, tapi benar seperti itulah
kira-kira.
Kontras, saya melihat kemeja abu-abu yang kali ini tengah saya gunakan sebagai jaket ini. Kemeja yang bisa
membuat saya terlihat sangat rapi-formal saat dikenakan di sebuah seminar
ilmiah internasional di ballroom salah satu hotel terkenal di Ibukota, juga kemeja yang bisa membuat saya seperti petani
terpelajar yang tak terlalu suka mengikuti apapun penilaian orang. Saya
jelaskan sendiri: yang rapi itu saya, yang tak rapi itu juga saya, tak ada beda.
Bertanya mana yang membuat saya lebih merasa nyaman? Saya jawab sama saja. Saya
merasa nyaman saat terlihat rapi, juga merasa nyaman saat saya terlihat seperti
apapun. Seperti saya menjalani cerita yang saya mau, saya menikmati sebagian penggalannya yang saya
kehendaki. Seperti yang tadi. Persis seperti yang tadi.
Bandung, 26 Oktober 2013
*foto oleh Muhammad Haikal Sedayo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar